Bom RS Anak-anak, Rusia Salahkan Provokasi Rezim Ukraina

Bisnis.com,11 Mar 2022, 06:39 WIB
Penulis: Edi Suwiknyo
Situasi lingkungan yang hancur terkena rudal pasukan Ukraina di Kharkiv, Ukraina/The Moscow Times

Bisnis.com, JAKARTA – Rusia akhirnya angkat bicara soal adanya pengeboman rumah sakit anak-anak dan bersalin di Kota Mariupol, Ukraina. 

Juru Bicara Utama Kementerian Pertahanan Rusia Igor Konashenkov memaparkan bahwa pernyataan perwakilan rezim nasionalis Kiev, bahan fotografi dari rumah sakit, tidak diragukan lagi. 

Namun, menurutnya, tindakan pengeboman tersebut terjadi karena adanya provokasi dari pihak Ukraina.  Diduga, "serangan udara" yang terjadi adalah provokasi yang sepenuhnya diatur untuk menjaga euphoria anti-Rusia di kalangan Barat,” kata Igor dalam keterangan resminya, Jumat (11/3/2022). 

Igor memaparkan bahwa pihaknya telah berulang kali menyatakan sebelumnya bahwa institusi medis Mariupol, termasuk Rumah Sakit No. 3, menghentikan pekerjaan penuh waktu mereka pada akhir Februari.

Semua staf dan pasien dibubarkan oleh kaum nasionalis,” imbuhnya.  

Namun demikian, karena lokasi taktisnya yang menguntungkan dekat dengan pusat kota, rumah sakit tersebut diubah menjadi benteng Batalyon Nasional Azov.  

Hal ini, kata dia, dilaporkan secara besar-besaran oleh penduduk kota, yang pindah ke Kiev dan daerah-daerah yang dikendalikan oleh Republik Rakyat Donetsk. 

Kami telah berulang kali memperingatkan bahwa ketika cincin itu menyusut, jumlah provokasi Nazi akan meningkat. Tidak ada tempat bagi mereka untuk lari. Nazi dari batalion Azov inilah yang dengan sengaja dan dengan kekejaman khusus menghancurkan penduduk sipil di republik Donetsk dan Luhansk selama delapan tahun,” tegasnya.

Rumah Sakit Dibom

Sebelumnya, Bom Rusia telah menghancurkan sebuah rumah sakit anak-anak dan bersalin di Mariupol, kata pihak berwenang Ukraina.

Pengeboman itu terjadi bersamaan dengan serangan terhadap kelompok warga yang tengah dievakuasi dari beberapa kota, termasuk pelabuhan di wilayah selatan yang hancur di mana kondisinya digambarkan sebagai "kiamat".

Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmitryo Kuleba menuduh Rusia “menyandera 400.000 orang” di Mariupol yang sebagian besar penduduknya tidak memiliki listrik, pemanas, air, atau sinyal telepon selama lebih dari seminggu. 

Presiden Volodymyr Zelenskiy turut mengecam kekejaman tersebut.

“Rumah sakit dan sekolah hancur. Gereja dan bangunan dihancurkan. Orang-orang terbunuh termasuk anak-anak. Pemboman udara rumah sakit anak-anak adalah bukti utama bahwa genosida Ukraina sedang terjadi,” ujarnya seperti dikutip TheGuardian.com, Kamis (10/3/2022).

Di tengah peringatan negara Barat bahwa invasi Moskow akan menjadi lebih brutal ketika pemimpin Rusia, Vladimir Putin, berusaha untuk mendapatkan kembali momentum yang terhenti, otoritas lokal menggambarkan kerusakan rumah sakit dengan 600 tempat tidur gabungan dengan anak-anak dan bangsal bersalin. Sedikitnya 17 orang terluka, termasuk wanita yang sedang melahirkan.

Wakil Walikota, Sergei Orlov mengatakan kota itu dibom terus menerus dan 1.170 warga tewas, 47 di antaranya dimakamkan di kuburan massal kemarin. 

"Ini seperti abad pertengahan. Ini murni genosida. Serangan itu tidak hanya berbahaya, tapi kejahatan perang. Mereka menyerang kami dengan pesawat tempur, peluru, beberapa peluncur roket,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Edi Suwiknyo
Terkini