Bisnis.com, JAKARTA – Setelah dua tahun bertransformasi menjadi bank berbasis teknologi yang tertanam dalam ekosistem, PT Bank Jago Tbk. (ARTO) berhasil mencatatkan laba bersih setelah pajak atau net profit after tax (NPAT) sebesar Rp86 miliar di sepanjang 2021.
Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar menyatakan keberhasilan perseroan meraih laba pada 2021 karena fokus terhadap segmen ritel (consumer), mass market, dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
“Pencapaian laba pada 2021 merupakan permulaan dari bisnis Bank Jago. Dengan pondasi yang telah kami bangun dalam dua tahun ini, kami percaya pertumbuhan ke depan akan semakin solid dan cepat,” ujar Kharim dalam keterangan tertulis yang diterima Bisnis, Jumat (11/3/2022).
Kharim mengungkapkan pencapaian ini ditopang oleh pertumbuhan kredit yang solid dan efisiensi biaya dengan tetap menjaga rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) yang rendah di level 0,6 persen.
Emiten bersandi ARTO ini berhasil menyalurkan kredit sebesar 491 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari Rp908 miliar di posisi Desember 2020 menjadi Rp5,37 triliun per Desember 2021. Pertumbuhan kredit yang tinggi mendorong pendapatan bunga meningkat 624 persen yoy menjadi Rp652 miliar.
Sementara itu, beban bunga terkerek 147 persen yoy menjadi Rp63 miliar. Dengan demikian, pendapatan bunga bersih tercatat Rp590 miliar atau tumbuh 812 persen yoy.
“Kemampuan menekan beban bunga tak lepas dari kehadiran aplikasi Jago yang diluncurkan pada April 2021,” imbuhnya.
Selanjutnya, total dana pihak ketiga (DPK) Bank Jago pada akhir 2021 mencapai Rp3,68 triliun, meningkat 357 persen yoy dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp804 miliar. Peningkatan ini disebabkan oleh jumlah nasabah funding mencapai 1,4 juta orang.
Berkat aplikasi Jago, dana murah atau current account savings account (CASA) yang dihimpun mencapai Rp1,68 triliun sepanjang 2021. Nilai ini melesat 667 persen yoy dibandingkan periode yang sama pada 2020, yakni sebesar Rp219 miliar. Sementara itu, deposito meningkat 242 persen yoy dari Rp804 miliar menjadi Rp2 triliun.
Pencapaian ini membuat porsi CASA terhadap total DPK meningkat, dari 27,2 persen pada akhir 2020 menjadi 45,6 persen pada akhir 2021. Sebaliknya, porsi deposito menyusut dari 72,8 persen pada akhir 2020 menjadi 54,4 persen pada akhir 2021.
“Peningkatan dana murah merupakan hasil dari penerimaan publik terhadap aplikasi Jago sebagai solusi keuangan digital yang berfokus pada kehidupan. Kami percaya pengelolaan keuangan harus memiliki prinsip sederhana, kolaboratif, dan inovatif,” ujarnya.
Adapun, rasio net interest margin (NIM) Bank Jago kini berada di angka 7,4 persen, lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu sebesar 4,7 persen. Selain itu, Bank Jago juga mencatatkan pertumbuhan fee based income sebesar Rp56 miliar, tumbuh hampir dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Secara keseluruhan, hingga akhir 2021 Bank Jago mencatatkan total aset sebesar Rp12,31 triliun, tumbuh 465 persen yoy dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
“Bank Jago pun mencatatkan rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio [CAR] sebesar 170 persen, yang mencerminkan modal yang kuat untuk mendukung ekspansi tahun-tahun mendatang,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel