Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah emiten perbankan di Tanah Air mencatatkan kinerja yang positif sepanjang 2021, yang tercermin dari perolehan laba yang mayoritas mengalami pertumbuhan pesat.
Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus memberikan bobot overweight kepada perbankan Bank Umum Kelompok 3 (BUKU) 3 dan 4 di tahun ini.
Menurut Nico, sejauh ini perbankan memang selalu mengalami tekanan. Hal ini terlihat dari dua faktor. Pertama, potensi suku bunga The Fed yang akan memicu kenaikan tingkat suku bunga Bank Indonesia.
“Mau tidak mau tingkat suku bunga kredit pasti mengalami kenaikan. Tentu itu menjadi masalah, karena sampai saat ini proses pemulihan ekonomi di indonesia masih panjang perjalannnya. Ketika proses pemulihan ekonomi belum selesai, kita akan cukup berdampak,” ujar Nico kepada Bisnis, Senin (14/3/2022).
Kedua, daya beli yang masih belum titik balik. Nico menilai faktor ini akan menjadi perhatian khusus karena cukup banyak debitur yang menerima restrukturisasi pada 2020-2021. Oleh sebab itu, akan mendorong kenaikan tingkat suku bunga kredit mengalami kenaikan.
Meski begitu, Nico yakin bank-bank besar BUKU 3 dan 4, terutama BCA (BBCA), Bank Mandiri (BMRI), BNI (BBNI), dan BRI (BBRI) memiliki ketahanan dan pengelolaan kredit macet atau non-performing loan (NPL) yang lebih bagus, dibandingkan bank BUKU 1 dan 2.
“Meski [bank BUKU 3 dan 4] ada potensi kenaikan suku bunga The Fed, kami yakin itu hanya akan menyebabkan syok jangka pendek. Tapi secara jangka panjang hingga akhir tahun ini, kami melihat bank-bank besar masih berpeluang untuk mengalami kenaikan,” imbuhnya.
Dengan demikian, Nico menyatakan saham bank-bank besar di tahun ini memiliki prospek yang bagus, karena adanya bobot overweight.
“Artinya, saham-saham bank tahun ini masih akan menjadi primadona, apalagi setiap kali pemulihan ekonomi, saham-saham bank akan pulih lebih cepat dan mengalami kenaikan akan jauh lebih cepat,” tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel