Sempat Booming, Produksi Sepeda Makin Lesu pada Kuartal I/2022

Bisnis.com,15 Mar 2022, 15:32 WIB
Penulis: Reni Lestari
Sejumlah pesepeda memacu kecepatan saat berlangsung uji coba pemberlakuan lintasan road bike di jalan layang non tol (JLNT) Kampung Melayu-Tanah Abang, Jakarta, Minggu (23/5/2021)./Antararn

Bisnis.com, JAKARTA – Memasuki kuartal I/2022, produksi dan pasar sepeda makin lesu dibandingkan dengan akhir tahun lalu. Jika pada akhir 2021 utilitas kapasitas produksi berada di kisaran 50 persen, maka saat ini tinggal 20 persen saja.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Sepeda dan Mainan Indonesia (APSMI) Eko Wibowo mengatakan serapan pasar semakin melambat sehingga industriawan belum lagi menggenjot roda produksi. Pada 2020, pasar sepeda dalam negeri sempat mengalami lonjakan permintaan karena seiring kesadaran masyarakat akan gaya hidup sehat di awal-awal masa pandemi Covid-19.

Menurut catatan Asosiasi Industri Persepedaan Indonesia (AIPI), total permintaan sepeda di pasar domestik mencapai kurang lebih 8 juta unit pada 2020. Sekitar 3 juta-3,5 juta unit merupakan hasil produksi dalam negeri.

Ketika pasar tengah pada posisi puncak, produsen melipatgandakan stok dengan asumsi tren kenaikan permintaan belum akan surut selama pandemi belum selesai. Nyatanya, ketika stok melimpah, kondisi permintaan tak seperti yang diharapkan.

"Demand-nya tidak sesuai harapan sehingga terjadi oversupply di pasar. Sekarang sepeda cenderung sudah mulai menyesuaikan harga realistis," kata Eko saat dihubungi Bisnis, Selasa (15/3/2022).

Bahkan untuk menggerakkan barang ke pasaran, pelaku usaha mulai menurunkan harga dengan berbagai program diskon dan promosi. Eko belum bisa memproyeksikan kondisi pasar sepanjang tahun ini. Pelaku usaha kini menunggu potensi kenaikan daya beli setelah Lebaran.

"Kami harapkan setelah lebaran itu momentum dimana [penjualan] sepeda naik, daya beli naik karena THR dan sebagainya," ujarnya.

Adapun untuk mengisi kelesuan pasar sepeda, sejumlah pelaku usaha mengimbangi dengan produksi atau mengimpor barang-barang yang sejalan pasarnya, seperti mainan. Sepeda roda tiga dan push bike yang masuk kategori mainan, umumnya menjadi pilihan untuk mengisi kekosongan permintaan sepeda konvensional.

"Mainan masih lebih bagus saat ini, cenderung ada daya belinya dan mengikuti tingkat pertumbuhan anak. Produknya juga lebih primer daripada sepeda," ujar Eko.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Amanda Kusumawardhani
Terkini