Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan ekosistem digital di Tanah Air, membuat layanan e-wallet atau dompet digital dan pay later atau bayar nanti menjadi pilihan mayoritas konsumen sebagai metode pembayaran. Dompet digital digemari karena praktis, sementara bayar nanti tumbuh karena rendahnya penetrasi kartu kredit.
Fakta itu terungkap dalam laporan berjudul “FinTech in Asean 2021: Digital Takes Flight” yang dirilis UOB, PWC dan SFA baru-baru ini. Laporan itu berupaya menyajikan gambaran dampak 'gelombang digital' pada financial technology (fintech), investor dan konsumen fintech di 6 negara Asean.
"Hasil survei konsumen kami menunjukkan gambaran yang jelas tentang masa depan fintech Indonesia yang cerah," tulis laporan tersebut yang dikutip Bisnis, Selasa (15/3/2022).
Ketika ditanya metode pembayaran yang paling banyak digunakan, sebanyak 33 persen responden Indonesia menjawab e-wallet (dompet digital). Selain praktis, e-wallet kini dapat digunakan untuk berbelanja di e-commerce hingga di toko offline.
Di Indonesia, penggunaan e-wallet sebagai metode pembayaran hanya kalah dari uang tunai. Terdapat 3 jenis e-wallet yang paling sering digunakan masyarakat yakni Ovo, Dana, GoPay.
Sedikit berbeda dengan negara Asean lainnya yang punya e-wallet yang cukup mendominasi, di Indonesia tidak ada e-wallet favorit. Konsumen menggunakan beberapa e-Wallet untuk bertransaksi tergantung pada tawaran dari e-commerce atau merchant.
Terdapat 3 alasan banyak orang Indonesia menggunakan e-wallet yakni faktor kepraktisan (82 persen), dapat menerima hadiah atau poin loyalitas (50 persen), dan kemungkinan untuk potongan harga (47 persen).
Ovo dan GoPay banyak digunakan untuk memudahkan transaksi pada aplikasi ride-hailing, e-commerce hingga pengiriman makan. Sedangkan, Dana banyak digunakan untuk memfasilitasi pembayaran tagihan online untuk kebutuhan seperti listrik dan data seluler.
Buy Now, Pay Later (BNPL) Jadi Pilihan
Pertumbuhan e-wallet, e-commerce dan ekosistem digital lainnya di Indonesia ikut mendorong hadirnya layanan buy now, pay later (BNPL). Minat konsumen untuk mencari tahu tentang BNPL di Google tumbuh 16 kali lipat di Asean pada 2021.
Laporan e-Conomy SEA 2021 menyebutkan tingginya jumlah konsumen yang tidak memiliki rekening bank dan penetrasi kartu kredit yang rendah di Indonesia memberikan peluang yang besar untuk platform seperti ShopeePay Later, GoPayLater, Kredivo dan Akulaku, yang semuanya menawarkan pinjaman di saat melakukan penjualan.
Kemudahan dan peningkatan ketersediaan platform BNPL membuat konsumen Indonesia jauh lebih tertarik menggunakan BNPL (42 persen) untuk pembelian di masa mendatang daripada menggunakan cicilan kartu kredit (25 persen).
Dijelaskan, dorongan utama konsumen Indonesia untuk mencoba skema BNPL adalah karena adanya promosi saat registrasi dan promosi referral (51 persen), suku bunga yang kompetitif dibandingkan dengan kartu kredit (51 persen), dan karena tidak memiliki kartu kredit (28 persen).
“BNPL tidak hanya menjanjikan pinjaman dengan bunga nol persen, tetapi juga menyediakan proses aplikasi dengan selfie hingga persetujuan dalam waktu kurang dari 1 jam,” tulis laporan tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel