Gagal ke Bursa AS, Rencana Kredivo Bikin Bank Digital & Ekspansi Asean Tak Luntur

Bisnis.com,16 Mar 2022, 14:45 WIB
Penulis: Aziz Rahardyan
Kredivo. /Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Selepas gagal melantai di bursa AS via Special Purpose Acquisition Company (SPAC), FinAccel Pte Ltd (Kredivo) optimistis antusiasme dan kepercayaan investor tetap tinggi, seiring kondisi bisnis yang masih terjaga dalam jalur pertumbuhan.

Sebagai informasi, induk platform layanan bayar tunda atau paylater Kredivo (PT FinAccel Finance Indonesia) ini dipastikan gagal merger dengan VPC Impact Acquisition Holdings II (NASDAQ: VPCB), SPAC yang disponsori perusahaan investasi asal AS, Victory Park Capital Advisors LLC (VPC).

Berdasarkan keterbukaan informasi VPCB dari laman US Securities and Exchange Commission (sec.gov) pada Senin (14/3/2022), gagalnya aksi korporasi ini merupakan dampak kondisi pasar yang bergejolak, serta beberapa masalah di luar kendali yang mengancam terjadinya penundaan transaksi, sehingga membuat rencana merger menjadi infeasible.

Co-Founder dan CEO FinAccel Akshay Garg memastikan bahwa pihak VPC, Kredivo, dan para investor tidak menyesali keputusan untuk menggagalkan rencana melantai di bursa AS via SPAC.

"Semua sepakat bahwa langkah ini merupakan keputusan terbaik untuk bisnis Kredivo, termasuk dalam mempercepat realisasi rencana-rencana kami dalam waktu dekat. Seperti memasuki bisnis bank digital, berekspansi ke negara Asean lain, dan sebagainya. Kredivo pun tetap akan menjajaki berbagai peluang lain untuk menjadi perusahaan terbuka," ujarnya dalam diskusi terbatas bersama media, Rabu (16/3/2022).

Bagi Kredivo sendiri, pertimbangan terbesarnya terutama karena fenomena tren valuasi perusahaan-perusahaan SPAC di bursa AS yang kerap tiba-tiba anjok akibat tekanan eksternal, sehingga memunculkan proyeksi tidak tercukupinya dana segar untuk rencana ekspansi bisnis berikutnya.

Sebagai bukti bahwa hubungan Kredivo dan VPC tetap kondusif, Akshay membenarkan bahwa VPC berencana memimpin pendanaan senilai US$145 juta untuk Kredivo. Investasi ini terbagi sebagian untuk putaran pendanaan Series D, serta sebagian lain untuk pendanaan lini kredit. Komposisinya masih belum bisa diungkap.

VPC pun bisa dianggap sebagai mitra setia Kredivo, di mana perusahaan investasi berbasis di Chicago ini sempat mengguyurkan pendanaan lini kredit untuk Kredivo pada Juli 2020 dan Juli 2021 yang totalnya mencapai US$200 juta.

Selain itu, Akshay juga optimistis bahwa investor lama Kredivo dan para investor yang telah memegang komitmen Private Investment in Public Equity (PIPE) pada aksi korporasi SPAC lalu tetap akan mendukung langkah Kredivo.

Optimisme ini timbul karena secara umum Kredivo sudah bisa membuktikan dua indikator menjadi startup teknologi finansial (tekfin/fintech) tahap lanjut yang prospektif dan menjadi idaman para investor berkualitas.

"Pertama, kualitas dan bisnis yang sehat. Terlihat dari revenue kami tahun lalu yang tumbuh 160 persen [yoy]. Kedua, skala bisnis kami makin terasa. Di mana kami telah merealisasikan akuisisi bank di Indonesia, dan secara bertahap kami akan menjadi pemegang saham pengendali. Selain itu, kami juga berhasil ekspansi ke Vietnam," jelasnya.

Sebagai informasi, Kredivo lewat PT FinaAccel Teknologi Indonesia (FTI) tengah dalam proses memperbesar porsi kepemilikan sahamnya di PT Bank Bisnis Internasional Tbk (BBSI) menjadi 75 persen. Aksi korporasi ini disebut-sebut merupakan cikal-bakal munculnya bank digital bernama LIME.

Adapun, ekspansi Kredivo ke Vietnam telah terealisasi pada kisaran Agustus 2021 lewat joint venture dengan perusahaan pembiayaan lokal. Selanjutnya, rencana Kredivo berekspansi ke Thailand dipatok terealisasi pada pertengahan 2022.

Sementara terkait kinerja keuangan Kredivo, pada tahun lalu VPC menyebut volume transaksi Kredivo mencapai kisaran US$574 juta pada tutup buku 2020 dan berpotensi mendulang tingkat pertumbuhan kumulatif tahunan (CAGR) hingga 112 persen.

Sementara itu pendapatan Kredivo disebut VPC telah mencapai US$74 juta pada akhir 2020, tumbuh 62 persen (year-on-year/yoy) dari tahun sebelumnya, dan berpotensi mendulang CAGR 128 persen. Sehingga diperkirakan mencapai US$163 juta pada 2021 dan US$320 juta pada 2022.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Muhammad Khadafi
Terkini