Harga Komoditas Diproyeksi Tetap Tinggi hingga Semester II/2022

Bisnis.com,16 Mar 2022, 05:59 WIB
Penulis: Maria Elena
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/2/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan rangkaian surplus perdagangan Indonesia akan cenderung menyusut dikarenakan kinerja impor yang menyusul ekspor.

Menurutnya, peningkatan investasi dan kegiatan manufaktur akan meningkatkan permintaan bahan baku dan barang modal yang mencapai sekitar 90 persen dari total impor.

Namun demikian, perang antara Rusia dan Ukraina telah memperpanjang tren kenaikan harga komoditas dari perkiraan sebelumnya.

Faisal berpendapat, hal ini dapat mendukung kinerja ekspor Indonesia dan mempertahankan surplus perdagangan sampai batas waktu tertentu.

“Kami melihat bahwa harga komoditas akan tetap relatif tinggi pada semester I/2022, tetapi cenderung normal menjelang akhir 2022, sehingga akan membatasi kinerja ekspor,” katanya, Selasa (15/3/2022).

Oleh karena itu, menurutnya, ada kemungkinan neraca transaksi berjalan akan mencatatkan defisit yang lebih kecil dari perkiraan sebelumnya sebesar -2,15 persen dari PDB.

Faisal menambahkan, lamanya konflik Rusia dan Ukraina juga akan memberikan dampak positif pada agenda Bank Indonesia untuk tidak terburu-buru menaikkan suku bunga acuan pada 2022.

Pada Februari 2022, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca perdagangan Indonesia sebesar US$3,83 miliar.

Capaian surplus tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan capaian surplus pada Januari 2022 sebesar US$960 juta.

Peningkatan ini didorong oleh nilai ekspor yang mencapai US$20,46 persen atau tumbuh 34,14 persen secara tahunan pada Februari 2022, sementara nilai impor mencapai US$16,64 miliar atau tmbuh 25,43 persen secara tahunan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hadijah Alaydrus
Terkini