Sri Mulyani Ungkap Ngerinya Dampak Perang Rusia-Ukraina, Gimana Efeknya ke Indonesia?

Bisnis.com,16 Mar 2022, 11:49 WIB
Penulis: Maria Elena
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan pemaparan dalam konferensi pers Realisasi APBN 2021 di Jakarta, Senin (3/1/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Perekonomian global kembali menghadapi tantangan baru di tengah proses pemulihan ekonomi dari dampak pandemi Covid-19.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa perekonomian global sebelumnya disebutkan menghadapi tantangan pemulihan yang tidak merata karena ketimpangan vaksinasi di negara maju dan negara berkembang.

Saat ini, perekonomian global menghadapi lebih banyak risiko dari sisi ekonomi, misalnya tingkat inflasi yang melaju tinggi dikarenakan gangguan sisi pasokan.

Lebih lanjut, dunia juga dihadapkan tantangan baru dengan adanya ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina pun menambah deretan risiko tersebut. Kenaikan harga yang cukup ekstrem, menurut Sri Mulyani, memaksa pengetatan kebijakan moneter di berbagai belahan dunia sehingga menciptakan volatilitas di pasar keuangan.

“Ini semua akan menjadi ancaman yang sangat nyata bagi proses pemulihan ekonomi baik negara maju maupun negara berkembang,” kata Sri Mulyani dalam acara Indonesia Conference 2022 dengan tema ‘Fitch on Indonesia - Exit Strategy after the Pandemic’, Rabu (16/3/2022).

Oleh karena itu, di sisi finansial, pengetatan kebijakan moneter kata dia akan dikalibrasi ulang akibat konflik Rusia Ukraina. Kondisi ini pun akan menciptakan kondisi ketidakpastian lainnya.

“Kami pasti melihat serangan Rusia ke Ukraina sebagai salah satu yang paling penting karena dapat menciptakan ketidakpastian yang sangat tinggi, apakah ini pada harga komoditas, yang sekarang kita lihat peningkatannya yang sangat ekstrem,” jelasnya.

Dia menambahkan, pengenaan sanksi ekonomi ke Rusia juga dapat menambah volatilitas di pasar modal dan pasar finansial, meski pangsa pasar Rusia terhadap perekonomian Indonesia relatif kecil.

Indonesia, imbuhnya, relatif dapat menahan gejolak tersebut. Sejauh ini, IHSG bahkan bergerak ke arah positif dan nilai tukar rupiah masih relatif stabil.

“Hal ini menunjukkan bahwa dalam konteks perekonomian Indonesia, baik dilihat dari neraca pembayaran maupun komposisi perekonomian, saya kira kita relatif tahan terhadap konflik ini, namun bukan berarti kita meremehkan dampak jangka panjang yang sangat kompleks,” ujar Sri Mulyani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hadijah Alaydrus
Terkini