Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Permata Tbk. akan menambah anggaran untuk belanja modal teknologi informasi seiring dengan transaksi di kanal digital yang terus meningkat.
Director of Technology and Operation Bank Permata Abdy Salimin mengatakan jumlah transaksi digital di perseroan pada 2021 dibandingkan dengan 2020 meningkat 158 persen.
Secara total, perusahaan dengan kode saham BNLI itu telah melayani 2,5 miliar transaksi sepanjang 2021. Sebanyak 95 persen dari total transaksi tersebut merupakan transaksi melalui kanal digital. Hanya sekitar 4 -5 persen yang dilakukan melalui cabang.
“Kalau dilihat peningkatannya, sebelum pandemi pada 2019 jumlah transaksi keseluruhan hanya 475 juta, jadi kenaikannya dalam 2 tahun ini sungguh luar biasa,” kata Abdy dalam diskusi virtual, Selasa (15/3).
Dengan transaksi yang naik signifikan, belanja modal yang dianggarkan perusahaan khusus untuk teknologi informasi pada tahun ini akan lebih tinggi dibandingkan dengan 2021 yang saat itu senilai Rp1,1 triliun.
Bank Permata akan akan fokus menghadirkan layanan perbankan digital yang lebih cepat dan lebih baik kepada nasabah dengan anggaran tersebut. Teknologi digital yang telah dibangun bank digital selama ini memang fokusnya ke pengalaman pelanggan, apakah itu melalui mobile, internet atau layanan fisik.
“Jika 2020 mungkin Capex kita sekitar Rp1,1 triliun, mungkin tahun ini akan lebih besar karena masih banyak lagi yang harus dikerjakan,” kata Abdy.
Sekadarn informasi, PT Bank Permata Tbk. mencatatkan kinerja positif sepanjang 2021, dengan membukukan laba bersih sebesar Rp1,2 triliun, meningkat 71 persen dibandingkan dengan periode 2020 yang sebesar Rp722 miliar.
Dari sisi aset, perusahaan dengan kode saham BNLI juga mencatatkan pertumbuhan signifikan hingga 18,5 persen year on year/yoy.
Direktur Utama Bank Permata Chalit Tayjasanant mengatakan pertumbuhan tersebut tidak terlepas dari dukungan pemegang saham pengendali, Bangkok Bank PCL, untuk terus memperkuat posisi perusahaan sebagai salah satu dari 10 Bank Komersial terbesar di Indonesia berdasarkan nilai total aset.
Dia mengatakan perseroan mencatatkan pertumbuhan aset sebesar 18,5 persen year-on-year/ yoy menjadi sebesar Rp234 triliun. Penyaluran kredit tumbuh 6,2 persen yoy menjadi sebesar Rp125,5 triliun terutama didorong oleh pertumbuhan kredit korporasi yang tumbuh sebesar 12 persen yoy dan pertumbuhan KPR sebesar 22 persen yoy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel