Neraca Perdagangan Otomotif Februari, Awas Surplus Semakin Tipis!

Bisnis.com,17 Mar 2022, 09:25 WIB
Penulis: Kahfi
Petugas berdiri di dekat deretan mobil baru yang terparkir di PT Indonesia Terminal Kendaraan atau IPC Car Terminal, Cilincing, Jakarta, Kamis (11/2/2021). /Antara Foto-Aprillio Akbar.

Bisnis.com, JAKARTA- Neraca perdagangan otommotif yang terhimpun dalam HS 87 terdiri dari kendaraan bermotor serta bagiannya, selama periode Februari tahun ini mengalami tekanan terhadap surplus.

Mengacu kepada data Badan Pusat Statistik ( BPS),  total nilai ekspor Februari tahun ini mencapai US$761,3 juta. Kinerja itu tumbuh month to month dari bulan sebelumnya 2,3 persen.

Persoalannya, jika dibandingkan kinerja pada periode sama tahun lalu yang menembus US$813,5 juta, maka kinerja tersebut mengalami penurunan 6,4 persen.

Secara keseluruhan kinerja ekspor periode Januari-Februari tahun ini mengalami penurunan tipis 2,2 persen dibandingkan capaian keseluruhan ekspor pada periode dua bulan pertama tahun lalu yang sebesar US$1,53 miliar.

Sebaliknya, nilai impor HS 87 tersebut melesat tajam year on year. Total nilai impor pada Februari 2022, sebesar US$659,4 juta, meroket 48,2 persen dibandingkan US$444,9 juta pada periode sama tahun lalu.

Tren peningkatan impor itu melanjutkan estafet pertumbuhan dari Januari tahun ini. Pada Januari, total nilai impor mencapai US$711,2 juta, tumbuh 44,37 persen secara YoY.

Sehingga total keseluruhan impor pada Januari-Februari tahun inipun mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 46,1 persen dibandingkan dua bulan pertama pada tahun lalu.

Persoalannya, untuk periode dua bulan pertama tahun ini, tejrjadi penurunan sginifikan terhadap surplus neraca dagang otomotif dan produk turunanannya. Jika pada Januari-Februari 2021, surplus tercatat US$602,4 juta, pada dua bulan pertama tahun ini suplus itu tersisa US$134,2 juta.

Jika dilihat dari data statsitik tersebut, kinerja ekspor sebeanarnya berjalan normal sebagaimana periode tahun sebelumnya. Kinerja itu rata-rata mencapai di atas US$720 juta.

Jebloknya surplus itu lebih dikarenakan kenaikan signifikan dari sisi impor. Sejak kuartal terakhir tahun lalu, nilai impor HS 87 telah menembus kisaran US$650 juta, padahal dalam periode sebelumnya rata-rata impor sekitar US$450 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Kahfi
Terkini