Jelang IPO, Pertamina Geothermal Jajaki Mitra Strategis untuk Ekspansi EBT

Bisnis.com,22 Mar 2022, 12:31 WIB
Penulis: Rinaldi Mohammad Azka
Pengecekan rutin pembangkit listrik tenaga panas bumi milik PT. Pertamina Geothermal Energy/JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Jelang IPO, PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) sebagai bagian dari Subholding Pertamina Power & New Renewable Energy (PNRE) membuka peluang kerja sama pengembangan pembangkit panas bumi dengan mitra strategis.

Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy Ahmad Yuniarto menuturkan untuk menyelesaikan isu-isu besar seperti pemanasan global dan dekarbonisasi diperlukan jaringan dan kemitraan.

Menurutnya, tak satupun perusahaan di dunia mampu menghadapi persoalan-persoalan besar seperti pemanasan global dan dekarbonisasi tersebut sendirian.

“Syaratnya, kemitraan strategis itu harus bisa memberikan keuntungan kepada kedua belah pihak, serta mampu menciptakan nilai tambah bagi bumi, dunia, dan masa depan yang lebih baik,” katanya dalam keterangan resmi, Selasa (22/3/2022).

Dalam menjalankan bisnisnya, PGE terus berkomitmen untuk pengembangan panas bumi dan memastikan implementasi environment, social, and governance (ESG) menjadi bagian terintegrasi dari bisnis panas bumi PGE.

Penerapan aspek-aspek ESG ini merupakan upaya dalam memberikan nilai tambah serta dukungan PGE pada program pemerintah terkait pemanfaatan energi baru terbarukan yang ramah lingkungan khususnya panas bumi.

Indonesia sudah mencanangkan net zero emission pada 2060 atau lebih cepat dari itu. Selain itu, Pemerintah juga menargetkan pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 29 persen pada 2030, dan target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025.

Komitmen PGE dalam pengembangan energi panas bumi dapat berkontribusi dalam mencapai target pembangunan berkelanjutan goals ketujuh (energi bersih dan terjangkau), goals 12 (konstruksi dan produksi yang bertanggung jawab), goals 13 (penanganan perubahan iklim), dan goals 15 (ekosistem darat) pada sustainable development goals.

Ahmad menyebut tiga area kemitraan bisa dilakukan, yakni co-generation, co-production, dan co-development. Proyek pembangkit bersama bisa dilakukan melalui optimalisasi uap air panas guna melahirkan listrik ramah lingkungan.

Selain itu, katanya, ada empat bidang yang bisa dikerjakan bersama-sama, yaitu pemanfaatan CO2 untuk bahan bakar alternatif yakni ekstraksi nano material yaitu pemanfaatan kandungan berharga di fluida panas bumi, green hidrogen sebagai bahan bakar masa depan yang ramah lingkungan, dan green metanol.

Pengembangan bersama atau kerap disebut co-development bisa dilakukan untuk membangun geo-eco tourism, dan geo-agro industry.

“Pada prinsipnya, operasi PGE harus efisien, termasuk dalam memanfaatkan waste,” terangnya.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mencatat, saat ini Indonesia memiliki cadangan panas bumi sebesar 23,7 GW.

Berdasarkan data ThinkGeoEnergy 2022, kapasitas terpasang pembangkit panas bumi di seluruh dunia mencapai 15.854 MW. Indonesia dengan kapasitas pembangkit sebesar 2.276 MW pada 2021 merupakan negara dengan kapasitas pembangkit terbesar kedua setelah Amerika Serikat sebesar 3.722 MW. Indonesia sudah melampaui Filipina sebesar 1.918 MW.

PGE saat ini mengelola 13 Wilayah Kerja Panas Bumi yang tersebar di Sumatera, Jawa, Bali dan Sulawesi Utara.

Dalam wilayah kerja tersebut telah terbangkitkan listrik panas bumi sebesar 1.877 MW, yang terdiri dari 672 MW yang dioperasikan sendiri oleh PGE dan 1,205 MW dikelola melalui Kontrak Operasi Bersama.

Kapasitas terpasang panas bumi di wilayah kerja PGE berkontribusi sebesar sekitar 82 persen dari total kapasitas terpasang panas bumi di Indonesia, dengan potensi pengurangan emisi CO2 sebesar sekitar 9,5 juta ton CO2 per tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Farid Firdaus
Terkini