Bisnis.com, JAKARTA — Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) Jahja Setiaatmadja menyebutkan ada sejumlah tantangan dalam mengembangkan kredit konsumer pada tahun ini.
Dia mengatakan bahwa pada dasarnya kredit konsumer memiliki potensi besar lantaran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) tidak melulu digunakan untuk konsumsi, melainkan juga sebagai usaha.
“Memang beratnya mengembangkan kredit konsumer adalah rundown yang cepat. Kalau kita tahu, rata-rata KKB mungkin dalam 2–3 tahun sudah harus lunas. Jadi, berputar terus seperti hamster,” ujar Jahja dalam satu diskusi, Selasa (22/3/2022).
Jahja melanjutkan bahwa kondisi demikian juga terjadi di KPR karena banyak nasabah yang melakukan pelunasan lebih awal. Hal ini kemudian yang membuat pertumbuhan outstanding kredit konsumer masih single digit belum sampai double digit.
“Karena kalau lihat kredit korporasi, mereka itu kan banyak kredit modal kerja dan investasi memang ada dicicil. Nah, ini membuat growth rate berbeda,” pungkas Jahja.
Di sisi lain, Jahja meyakini bahwa KPR dan KKB bukan hanya beli rumah dan mobil, tetapi juga mendukung industri di dua sektor tersebut. Kedua sektor ini disebut memiliki efek ganda atau multiplier effect untuk mendukung rantai pasok korporasi.
Pada awal tahun ini, emiten bank dengan kode BBCA ini menggenjot penyaluran kredit konsumer dengan menggelar BCA Expoversary secara hibrida. Dalam gelaran offline, BCA membukukan transaksi lebih dari Rp2,6 triliun selama 10–13 Maret 2022.
Sementara itu, dalam periode yang sama, BCA Expoversary Online 2022 mencatatkan nilai transaksi hampir menyentuh Rp10 triliun sejak dimulai pada 24 Februari 2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel