Produksi Baja Dunia Turun 5,7 Persen pada Bulan Lalu

Bisnis.com,23 Mar 2022, 09:29 WIB
Penulis: Reni Lestari
Industri baja/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Baja Dunia atau Worldsteel melaporkan penurunan produksi pada Februari 2022 dari 64 negara yang melaporkan volume output. Dilansir dari laporan bulanan Worldsteel, Rabu (23/3/2022), produksi baja kasar dunia pada bulan lalu tercatat sebesar 142,7 juta ton, turun 5,7 persen dibandingkan periode yang sama 2021.

Di tingkat regional, penurunan juga terjadi di Asia dan Oseania sebesar 7,1 persen menjadi 102,6 juta ton. Di Uni Eropa, produksi juga turun 2,5 persen menjadi 11,7 juta ton, sedangkan negara Eropa lainnya terkoreksi 2,7 persen menjadi 3,8 jjuta ton. Penurunan juga tercatat di Amerika Selatan sebesar 7,0 persen dengan produksi 3,3 juta ton.

Adapun, kawasan yang mengalami kenaikan produksi antara lain Afrika sebesar 4,1 persen menjadi 1,3 juta ton, Amerika Utara 1,8 persen menjadi 8,8 juta ton, dan Timur Tengah 2,8 persen menjadi 3,5 juta ton.

Di jajaran negara produsen teratas, China masih merajai produksi dengan volume 75 juta ton, meski mengalami penurunan 10 persen. Produsen teratas lain yang mengalami penurunan pada bulan lalu antara lain Jepang (-2,3 persen), Rusia (-1,4 persen), Korea Selatan (-6,0 persen), Turki (-3,3 persen), dan Brasil (-6,9 persen).

Adapun, negara produsen yang volume produksinya meningkat antara lain India (7,6 persen), Amerika Serikat (1,4 persen), Jerman (3,8 persen), dan Iran (3,7 persen).

Masih menurut catatan Worldsteel, produksi baja kasar Indonesia sepanjang tahun lalu tercatat sebesar 12,5 juta ton, turun 2,9 persen dibandingkan 2020 sebesar 12,9 juta ton. Menurut data Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) kapasitas terpasang industri baja Indonesia tercatat sebesar 19,6 juta ton pada 2020.

Direktur Industri Logam, Kementerian Perindustrian Liliek Widodo sebelumnya mengatakan konflik Rusia-Ukraina mengancam pasokan bahan baku untuk industri baja dalam negeri. Diketahui, kedua negara tetangga itu merupakan net eksportir untuk produk baja hulu seperti slab dan billet.

Sementara ini pasokan bahan baku di industri domestik masih aman. Terlebih dilaporkan bahwa pabrik baja di Rusia letaknya cukup jauh dari lokasi konflik sehingga masih dapat beroperasi. Namun, industriawan mulai mencari importir alternatif seperti China dan Korea Selatan.

Sementara itu, berdasarkan catatan Kementerian Perindustrian, total konsumsi baja yang dihitung dengan formula apparent steel consumption (ASC) naik 3,97 persen menjadi 15,7 juta ton, dari capaian 2020 sebesar 15,1 juta ton.

Liliek menargetkan tahun ini produksi baja nasional pada tahun ini naik hingga 10 persen dengan catatan pengendalian impor dapat diperketat.  

"Di tahun ini kami harapkan meningkat lagi, karena di Juli 2021 beberapa sektor sudah sampai 80 persen," ujar Liliek.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Kahfi
Terkini