Bidik Pertumbuhan, SMF Berburu Mitra Penyalur Kredit Rumah

Bisnis.com,23 Mar 2022, 20:15 WIB
Penulis: Aziz Rahardyan
Warga melintas di depan logo PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) di Jakarta, Selasa (2/2/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Lembaga keuangan khusus pelat merah di bidang pembiayaan sekunder perumahan, PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) mulai mengincar pertumbuhan sepanjang 2022.

Direktur Utama SMF Ananta Wiyogo mengungkap bahwa fokus pihaknya pada tahun ini masih akan konsisten membantu pemerintah terkait program Kredit Pemilikan Rumah Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (KPR-FLPP). Sementara itu, bisnis komersial akan coba dibidik lebih ekspansif.

"Kami masih akan konsisten membantu penurunan beban fiskal pemerintah dalam KPR-FLPP atau KPR Subsidi. Untuk kegiatan lain, SMF akan mulai coba membidik pertumbuhan lewat memperluas sinergi dengan berbagai pihak," ujarnya, Rabu (23/3/2022).

Sekadar informasi, porsi pendanaan SMF pada program KPR Subsidi berbunga fixed 5 persen selama 20 tahun ini mencapai 25 persen, sehingga pemerintah hanya menyediakan 75 persen.

Pada 2021, dari total KPR Subsidi pemerintah mencapai 157.500 unit, SMF menyumbang porsi 126.572 unit atau senilai Rp4,6 triliun. Pada 2022 ini, dari target pemerintah yang mencapai 200.000 unit, SMF membidik bisa berperan lebih besar.

Beralih ke sisi bisnis SMF di 2021 yang tercermin dari tiga kegiatan utama SMF, hanya penyaluran pinjaman yang mampu lebih baik ketimbang tahun 2020. Tepatnya, dari Rp6,42 triliun ke Rp8,82 triliun.

Sementara itu, kegiatan sekuritisasi sepanjang 2021 masih belum ada realisasi ketimbang 2020 sebesar Rp631 miliar. Adapun, kegiatan meraup pendanaan lewat penerbitan surat utang dan pinjaman, nilainya juga turun dari Rp8,44 triliun ke Rp7,6 triliun.

Direktur Bisnis, Sekuritisasi, dan Pembiayaan SMF Heliantopo menjelaskan bahwa kinerja sekuritisasi dan pembiayaan turun karena mitra lembaga pembiayaan belum banyak memanfaatkan fasilitas ini, menilik kemampuannya dalam menyalurkan kredit perumahan masih bisa bertahan.

Sekadar informasi, SMF merupakan BUMN yang memiliki mandat khusus sebagai perusahaan pembiayaan sekunder, atau dengan kata lain hanya menyalurkan kredit ke mitra lembaga keuangan penyalur KPR.

Mulai dari perbankan, multifinance, BPD, dan lain-lain, bisa memanfaatkan SMF sebagai mitra refinancing. Layanan ini harapannya membantu likuiditas para penyalur KPR tersebut, supaya memiliki kas yang lebih mengalir tanpa harus menunggu pelunasan cicilan KPR dari debitur eksisting, yang notabene memakan waktu lama.

"Sekuritisasi sudah ada rencana dari salah satu mitra, dan kami masih akan tawarkan dan sosialisasikan ke beberapa perbankan lain yang memiliki portofolio aset KPR besar. Rencananya bisa Rp500 miliar tahun ini. Sementara untuk penyaluran pembiayaan, tahun lalu sudah naik lumayan karena program-program baru, sehingga tahun ini bisa dipatok lebih besar," ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Operasional & Treasury SMF Trisnadi Yulrisman menjelaskan lebih lanjut pendanaan yang berupaya diraup dari berbagai sumber pada tahun ini dipatok mencapai sekitar Rp3,3 triliun.

Sementara itu, terkhusus program KPR-FLPP, pemerintah rencananya akan memberikan penyertaan modal negara (PMN) sekitar Rp2 triliun, hampir setara dengan PMN yang digelontorkan pemerintah ke SMF tahun lalu, yaitu sebesar 2,25 triliun.

"Kebutuhan pendanaan totalnya tergantung penyaluran pembiayaan. Tahun lalu, SMF belum bisa ekspansif sehingga pendanaan belum butuh besar, karena kondisi likuiditasnya mitra perbankan sedang bagus, bahkan berlebih. Jadi mereka belum banyak yang memanfaatkan layanan kami," jelas Tris.

Adapun, sampai saat ini, SMF telah berperan menjembatani kurang-lebih 1,25 juta debitur KPR (termasuk KPR-FLPP) yang terbagi atas 84,34 persen wilayah Indonesia bagian barat, 14,96 persen wilayah tengah, dan sisanya sebesar 0,70 persen wilayah timur.

Total aset SMF hingga akhir tahun 2021 mencapai sebesar Rp33,7 triliun, masih naik 3,75 persen (year-on-year/yoy). Namun, laba bersih SMF tahun lalu yang mencapai Rp460 miliar tercatat turun tipis 2,1 persen (yoy), didorong pendapatan yang juga turun 9,5 persen (yoy) menjadi Rp2,12 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Azizah Nur Alfi
Terkini