Bukan Soal Isu Kesetaraan Gender, Ini Alasan Gus Yahya Libatkan Perempuan di PBNU

Bisnis.com,26 Mar 2022, 10:49 WIB
Penulis: Setyo Puji Santoso
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Yahya Cholil Staquf atau akrab disapa Gus Yahya - (ANTARA/HO-PP])

Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf angkat bicara terkait pelibatan perempuan di jajaran tanfidziyah PBNU periode 2022-2027.

Dalam Pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PBNU di Pesantren Cipasung beberapa waktu lalu, Gus Yahya, sapaan akrabnya itu mengatakan sejumlah figur perempuan yang dilibatkan di PBNU bukan untuk mengakomodasi isu kesetaraan gender.

Menurutnya, dua nama perempuan seperti Khofifah Indar Parawansa dan Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid yang dilibatkan di PBNU lebih karena alasan kapasitasnya untuk kerja-kerja organisasi.

“Saya mengajak mereka masuk (ke kepengurusan) bukan untuk isu kesetaraan gender seperti yang dipikirkan banyak orang. Saya ajak masuk karena mereka yang terbaik untuk menjalankan tugas. Saya tantang orang-orang untuk mendatangkan orang yang lebih dari mereka, dan sampai sekarang tidak ada. Ini hanya soal waktu,” tegas Gus Yahya dikutip dari laman NU Online, Sabtu (26/3/2022).

Menurutnya, pelibatan perempuan di PBNU mempunyai sejarah tersendiri. Yaitu, pada Muktamar ke-13 NU di Banten pada 1938.

Saat itu pernah ada dua orang perempuan dari NU yang menuntut persamaan hak bagi perempuan untuk memperoleh pendidikan.

Oleh karena itu, pada tahun 1946 para kiai akhirnya sepakat mengakomodasi kepentingan mereka dengan mendirikan gerakan perempuan sendiri, yaitu Muslimat NU.

"Ini sangat penting kita pahami sebagai wujud dari kesungguhan para pemimpin NU untuk membangun transformasi masyarakat dan bangsa, menuju kualitas kehidupan yang lebih baik,” tegas Gus Yahya.

Dikatakan Gus Yahya, pelibatan kaum ibu dalam tubuh PBNU menjadi penting untuk dilakukan. Sebab, mereka sebagai aktor paling berpengaruh di dalam tingkat paling dasar pada struktur masyarakat.

“Sudah saatnya kita sekarang memanen satu proses pendidikan perempuan yang dengan sangat subur dikembangkan NU. Pesantren-pesantren sudah sejak lama sekali membuka ruang kelas dan langgar pengajian untuk santri perempuan. Mereka mengirim anak-anak perempuan ke tingkat pendidikan lebih tinggi, sehingga sekarang kita memiliki kader-kader perempuan yang sungguh-sungguh unggul yang bahkan sulit diungguli laki-laki,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Setyo Puji Santoso
Terkini