Bisnis.com, DENPASAR -- PT Bank BTPN Syariah Tbk. (BTPS) pada tahun ini akan menguatkan layanan digital. Satu di antaranya dengan meluncurkan aplikasi dan mendirikan perusahaan modal ventura.
Direktur Keuangan BTPN Syariah Fachmy Achmad mengatakan sepanjang 2021 adalah periode penguatan pondasi digital perusahaan. "2021 adalah pondasi digital. Tahun 2022 kami rolling out," kata Fachmy di sela kunjungan ke Bali belum lama ini.
Dia mengatakan implementasi layanan digital BTPS tidak bisa mengikuti perkembangan tren. Hal ini menjadi alasan perusahaan tidak menerapkan digitalisasi kepada nasabah secepat bank lain.
Sebagaimana diketahui, industri perbankan sudah gencar menerapkan digitalisasi kepada nasabah sejak beberapa tahun terakhir. Sejumlah bank bahkan sudah menjadi bank digital murni tanpa memiliki kantor cabang.
Dia menjabarkan BTPS memiliki fokus bisnis menyalurkan pembiayaan ultra mikro dengan mengincar debitur yang berada di wilayah tier 3 dan tier 4. Tidak semua debitur tersebut memiliki akses telekomunikasi yang mumpuni untuk mendapatkan layanan digital.
Oleh karena itu tingkat literasi digital nasabah menjadi perhatian perusahaan untuk mengembangkan layanan.
Lebih lanjut, Fachmy menjelaskan bahwa perusahaan modal ventura yang akan didirikan akan memiliki perbedaaan. Perusahaan tersebut akan memiliki kemitraan yang lebih dalam.
"Penyertaan modal ke partner, jadi kami memiliki kendali," katanya.
Terkait hal tersebut, BTPS saat ini tengah menunggu izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Adapun dalam hal penguatan layanan digital, BTPN mengklaim telah memiliki kecukupan modal. Hal ini terlihat dari rasio kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM) atau capital adequacy ratio (CAR) sebesar 58,1 persen per Desember 2021.
Sementara itu, BTPS membukukan laba bersih sebesar Rp1,46 triliun per 31 Desember 2021. Capaian itu tumbuh 71,35 persen dibandingkan dengan laba periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp855 miliar.
Perolehan laba ditopang oleh pendapatan setelah distribusi bagi hasil yang naik 21 persen secara tahunan (yoy) menjadi sebesar Rp4,27 triliun.
Di sisi lain, beban operasional lainnya menyusut dari Rp2,42 triliun per 31 Desember 2020 menjadi Rp2,39 triliun per 31 Desember 2021. Alhasil laba operasional naik 68 persen yoy menjadi Rp1,88 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel