Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. atau BMRI telah menurunkan suku bunga kredit sejak Bank Indonesia melakukan penyesuaian suku bunga acuan.
Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengatakan pada akhir 2020, secara agregat suku bunga kredit sebesar 7,17 persen, adapun saat ini sekitar 6,7 persen.
“Sebagian besar pricing itu adalah suku bunga acuan ditambah dengan margin, jadi kalau belum jatuh tempo belum ada penyesuaian,” kata Darmawan di Jakarta, Rabu (30/3/2022).
Adapun jika sudah ada debitur yang jatuh tempo, lanjut Darmawan, maka mulai menyesuaikan dengan suku bunga. Ini akan menjadi perhatian perbankan.
Sementara itu secara segmen, kata Darmawan, terjadi penurunan yang cukup agresif. Beberapa segmen yang awalnya memiliki bunga kredit double digit, saat ini sudah single digit, khususnya untuk short term facility. Akan tetapi Darmawan tidak menjabarkan segmen-segmen tersebut.
“Posisi himbara terutama Mandiri sebagai bank BUMN, kami sangat sependapat untuk bisa mendukung meningkatkan perekonomian nasional, khususnya UMKM,” kata Darmawan.
Sekadar informasi, sepanjang 2021, Mandiri telah menyalurkan kredit sebesar Rp1.050,16 triliun, tumbuh 8,86 persen secara tahunan.
Kredit komersial mencatat pertumbuhan tertinggi pada 2021 sebesar 9,7 persen secara yoy menjadi sebesar Rp174 triliun, sementara itu kredit UMKM tumbuh 15 persen secara tahunan dengan nilai realisasi menembus Rp103,5 triliun.
Adapun pengamat menilai tren suku bunga perbankan akan meningkat tahun ini, kendati bank sentral menyebut perbankan masih memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga. Berdasarkan data BI, rata-rata suku bunga kredit sampai dengan Februari 2022 berada di level 9,18 persen.
Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto melihat tren suku bunga pada 2022 akan meningkat. Menurutnya, hal ini seiring dengan kenaikan bunga acuan The Fed dan tekanan inflasi yang meningkat, baik di global maupun nasional. “Jadi penyesuaian suku bunga ke bawah [menurun] bagi perbankan sepertinya peluangnya kecil di tahun ini,” kata Eko kepada Bisnis, Rabu (30/3/2022).
Sementara itu dalam Rapat Dewan Gubernur terakhir, Bank Indonesia memutuskan mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50 persen. Bank Sentral telah menjaga BI7DRR pada level itu sejak 18 Februari 2021.
Hal itu dilakukan guna menjaga perekonomian Indonesia dari dampak krisis akibat Covid-19 dan juga upaya pemulihan yang telah dilakukan sejak tahun lalu. Sebagai catatan, sejak pertama virus Corona tercatat di Tanah Air, Bank Sentral telah menurunkan suku bunga acuan sebesar 100 basis poin (bps).
Bank Indonesia memandang peran perbankan dalam penyaluran kredit atau pembiayaan termasuk melalui penurunan suku bunga kredit dapat ditingkatkan guna semakin mendorong pemulihan ekonomi nasional. Regulator mencatat rata-rata suku bunga deposito telah turun 106 bps sejak Februari 2021. Di pasar kredit, suku bunga turun 30 bps pada periode yang sama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel