Kerap Lebih Awal, Ini Metode Jemaah Annadzir Saat Menentukan 1 Ramadan

Bisnis.com,01 Apr 2022, 18:40 WIB
Penulis: Nugroho Nafika Kassa
Ramadan di Media Sosial. /Facebook.

Bisnis.com, MAKASSAR - Jamaah Annadzir Gowa, Sulawesi Selatan kerap menentukan 1 Ramadan lebih awal. Mereka meyakini perhitungan tersebut lebih tepat karena menggunakan metodologi yang lebih kompleks. 

Pimpinan Jamaah Annadzir Gowa Samiruddin Pademmui mengungkapkan tahun ini 1 Ramadan telah ditetapkan oleh pihaknya dan jatuh pada 2 April 2022. Bukan hanya menggunakan metode tradisional, Annadzir kini juga menggunakan aplikasi pembaca arah bulan dalam penentuannya.

Dia pun membeberkan bagaimana Annadzir menentukan bulan tersebut. Dalam memantau perjalanan bulan, Jamaah Annadzir memiliki metodologi dan tata cara dengan menggunakan beberapa standar parameter, yaitu sebagai berikut : 

Pertama, tempat waktu yang paling signifikan perlu diketahui yakni, mengetahui bulan purnama 14, 15, dan 16, besarnya bulatan bulan 15 sama dengan 16, bulan ke 14 besarnya sama dengan bulan ke  17 dan besarnya bulan ke 13 sama dengan bulan ke 18 dan seterusnya. 

Kedua, pada bulan purnama ke 15, posisi matahari yang akan terbit di ufuk Timur, nyaris bersamaan tenggelanya bulan di ufuk Barat. Sehingga ada istilah kita yang disebut dengan “fajar di Timur dan fajar di Barat.” Kalau pada hitungan bulan purnama ke 16, matahari di ufuk Timur sudah terbit lebih duluan, sementara bulan di ufuk Barat masih nampak. Berbeda dengan bulan purnama ke 14, dimana bulan sudah tenggelam di ufuk Barat di subuh hari, hingga beberapa waktu kemudian matahari terbit di ufuk Timur. 

Ketiga, setelah mengetahui bulan purnama 14, 15, dan 16, yang terus kita hitung hingga bulan ke 27 yang terbit di Timur sebelum fajar. Pada bulan ke 27 kita perhatikan jam terbitnya bulan di akhir-akhir malam sebelum fajar kadzib, sambil melihat dengan menggunakan kain tipis hitam atau kaca mata hitam, sehingga nampak bayangan bulan akan bersusun. Jika bulan bersusun 3 berarti bulan akan terbit di ufuk Barat 2 hari lagi dan jika bulan bersusun 2, berarti bulan terbit di ufuk Barat 1 hari lagi. 

Keempat, pada hitungan bulan ke 29 di sinilah kita akan memperhatikan fenomena alam, dimana pergantian bulan secara sunnatullah biasanya ditandai dengan terjadinya hujan gerimis, kilat, petir dan angin utara yang bertiup agak kencang berbalik arah dari selatan. Salah satu contoh misalnya, sampan yang diikat di pinggir pantai biasanya berbalik arah akibat tiupan angin tersebut. 

Kelima, ketika terjadi pergantian bulan, parameter terakhir yang dipantau yakni, terjadinya pasang puncak tertinggi (konda) air laut. Hal ini terjadi sebagai akibat terjadinya daya grafitasi atau tarik menarik antara bumi, bulan dan matahari yang saat itu berada pada posisi membentuk garis horizontal. 

Keenam, selama bulan masih terbit di Timur pada subuh hari seperti hilal sebelum matahari terbit, itu artinya masih bulan tua, meskipun terkadang sudah agak sulit dilihat secara kasat mata. Sebaliknya, ketika bulan atau hilal sudah terbit di Barat pada sore hari yang rata-rata terbitnya di bawah ufuk –sehingga sulit dilihat secara kasat mata—maka itu artinya sudah bulan baru. 

Ketujuh, perjalanan bulan setiap harinya memiliki interval jarak sekitar 5,625 derajat, yang diambil dari rumus bulatan bumi 360 derajat dibagi 2 = 180 derajat, 180 derajat : 2 = 90 derajat, 90 derajat : 2 = 45 derajat, 45 derajat : 2 = 22,5 derajat, 22,5 derajat : 2 = 11,25 derajat, lalu 11,25 derajat : 2 = 5,625 derajat. Dan pejalanan bulan mengelilingi bumi dalam 1 bulannya adalah 29,5 hari, dikali 12 bulan, sama dengan 354 hari dalam setahun (29,5 hari x 12 bulan = 354 hari pertahunnya). Karena perhitungan kalender milahiyah tidak ada yang setengah hari, maka penanggalannya ada yang 29 hari, ada 30 hari dan ada juga 31 hari, namun tetap dihitung satu bulan. 

Kedelapan, selisih antara kalender masehi dengan kalender hijriyah dalam setahun adalah 11 hari karena kalender masehi dalam setahun adalah 365 hari, sedangkan kalender hijriyah dalam setahun adalah 354 hari, jadi 365-354 hari = 11 hari. Kemudian dalam sepekan ada 7 hari, maka ditambahkan 4 hari = 11 hari. Nah dalam hitungan jari, untuk mendapatkan hari lebaran tahun ini, maka kita harus tahu hari lebaran tahun lalu kemudian ditambahkan 4 hari, sehingga ketemulah hari lebaran untuk tahun ini, jika tahunnya bukan kabisat. Satu tahun hijriyah = 354 hari, jika kita memakai hitungan jari maka ada selisih 10 hari. Tahun hijriyah kabisatnya sekitar 2 tahun, berselang 3 tahunan, jadi 1 tahunnya menjadi 355 hari. 

Kesembilan, memakai rumus hitungan jari dengan cara hari lebaran tahun lalu ditambahkan 3 hari, maka kita dapatkan awal puasa tahun ini dan lebarannya ditambahkan 1 hari untuk lebaran Iedul  Fitri 1 Syawal tahun ini.

Sebagai contoh misalnya, Tahun 2005 mulai puasa hari Senin, maka lebarannya hari Selasa, maka mulai puasa tahun depannya adalah hari Jumat dan lebaran Iedul Fitrinya adalah hari Sabtu, Demikianlah seterusnya, rumus yang diajarkan oleh guru dan imam Abah Syamsuri Abdul Madjid yang beliau pertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT, salah satu cara yang dipakai untuk mengetahui waktu mulai puasa dan hari lebaran sampai beberapa tahun ke depannya. 

Kesepuluh, dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat, hal ini tentunya harus dipahami sebagai sebuah sunnatullah yang tidak bisa dinafikan. Dengan adanya beberapa aplikasi yang menjelaskan tentang perjalanan bulan dan matahari, bahkan secara rinci dan detail misalnya, mulai dari waktu terbit dan tenggelamnya bulan dan matahari, selisih derajat perjalanan bulan dan matahari, hitungan bulan dan bahkan dapat menentukan waktu terjadinya gerhana bulan dan gerhana matahari.

Hal ini tentunya sedikit banyak akan lebih memudahkan untuk menentukan akurasi data dari perhitungan dan penetapan waktu akhir dan awal bulan, sehingga kita dalam memulai puasa dan waktu lebaran bisa ditetapkan waktunya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Edi Suwiknyo
Terkini