Harga Pertamax Naik, Emiten Multifinance Bakal Puasa?

Bisnis.com,01 Apr 2022, 20:03 WIB
Penulis: Aziz Rahardyan
Karyawan WOM Finance melayani nasabah di kantor Palembang. /Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Salah satu sentimen negatif buat geliat transaksi di sektor otomotif telah datang, yaitu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) RON 92 milik Pertamina atau Pertamax. Industri multifinance atau pembiayaan kendaraan bermotor masih percaya diri atau bersiap puasa?

Pengamat industri pembiayaan dan otomotif sekaligus mantan bos Astra Credit Companies (2015) Jodjana Jody sudah menebak bahwa penjualan kendaraan tahunan kali ini bakal tertahan sejak naiknya harga Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex beberapa waktu lalu.

Terkini, ekspektasi diturunkan lagi, seiring keputusan PT Pertamina (Persero) yang secara resmi menaikkan harga Pertamax dari Rp9.000–Rp9.400 per liter menjadi Rp12.500–Rp13.000 per liter mulai hari ini, 1 April 2022.

"Efeknya terhadap penjualan sektor otomotif dan permintaan kredit kendaraan akan mulai terlihat setelah lebaran nanti. Kalau daya beli masyarakat semakin tertekan, [pertumbuhan] ekonomi berat, ditambah ada kenaikan PPN pula, industri terkait otomotif akan menurunkan ekspektasi, membidik prospek kinerja yang lebih realistis," ungkapnya kepada Bisnis, Jumat (1/4/2022).

Jody mengingatkan bahwa sektor otomotif Tanah Air pernah memiliki sejarah kelam akibat naiknya harga minyak dunia di 2005, karena di tahun berikutnya, pasar mobil anjlok hampir 40 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).

Oleh sebab itu, kendati sektor otomotif masih mengantongi sentimen positif, seperti meredanya pandemi, subsidi pajak barang mewah (PPnBM) untuk beberapa jenis mobil baru, sampai moncernya aktivitas usaha terkait komoditas di sebagian wilayah, semuanya akan percuma apabila dibayangi potensi lonjakan inflasi dan melonjaknya harga barang-barang konsumsi.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno mengungkap bahwa kenaikan harga BBM memang akan sedikit mengancam proyeksi penyaluran pembiayaan terkait kendaraan.

Namun, selama hanya BBM nonsubsidi buat konsumen kelas menengah ke atas yang harganya naik, besar kemungkinan permintaan kredit kendaraan segmen menengah masih bisa menjadi andalan.

"Kalau Pertalite juga ada kenaikan harga, mungkin baru akan terasa lebih banyak konsumen yang mengerem membeli atau berganti kendaraan. Tapi dalam waktu dekat, pembiayaan kendaraan via leasing masih ada prospek positif yang didukung momentum jelang lebaran. Nanti kita lihat bagaimana kondisinya setelah itu," jelasnya kepada Bisnis.

Sebagai informasi, berdasarkan statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total piutang pembiayaan bersih industri leasing per Januari 2022 senilai Rp367,11 triliun tercatat telah tumbuh 0,37 persen (yoy) dan tercatat terus membaik sejak titik terendahnya selama dua tahun belakangan, tepatnya pada Agustus 2021 senilai Rp358,78 triliun.

Berdasarkan objek pembiayaan, mobil baru masih merupakan penyumbang terbesar, nilainya naik 2,1 persen (yoy) ke Rp112,99 triliun. Adapin, outstanding motor baru sebagai kontributor terbesar kedua pun naik tipis 0,4 persen (yoy) ke Rp64,97 triliun.

APPI masih memasang target konservatif buat total piutang pembiayaan bersih industri bisa tumbuh 6-8 persen (yoy) pada tutup buku 2022 nanti. Adapun, proyeksi paling optimistis disesuaikan dengan proyeksi OJK, yaitu tumbuh 12 persen (yoy).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Muhammad Khadafi
Terkini