Inflasi Berpotensi Melejit, Pemerintah Diminta Pacu Alokasi Subsidi

Bisnis.com,04 Apr 2022, 13:23 WIB
Penulis: Nyoman Ary Wahyudi
Sejumlah pengemudi kendaraan mengisi BBM di salah satu SPBU yang dikelola Pertamina MOR II Sumbagsel. istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Center of Reform on Economics (Core) meminta pemerintah untuk meningkatkan alokasi subsidi pada barang kebutuhan pokok dan penting (Bapokting) seperti bahan bakar minyak atau BBM untuk menjaga daya beli masyarakat di tengah potensi melesatnya inflasi pada tahun ini. 

Direktur Eksekutif Core Mohammad Faisal mengatakan penambahan alokasi subsidi itu berasal dari pungutan pajak yang juga meningkat seiring kenaikan harga komoditas sejak tahun lalu. 

“Di antara Bapokting yang disubsidi pemerintah harus tetap dipertahankan bahkan dalam kondisi sekarang jika memungkinkan ditambah misalkan untuk BBM,” kata Faisal melalui pesan suara, Senin (4/4/2022). 

Faisal mencontohkan terjadinya peralihan konsumsi dari BBM jenis Pertamax ke Pertalite saat ini. Adapun harga Pertamax naik dari sebelumnya Rp9.000-Rp9.400 per liter menjadi Rp12.500-Rp 13.000 per liter. Akibatnya, terjadi peningkatan permintaan BBM dengan nilai oktan di bawahnya yaitu Pertalite yang memicu kekurangan stok di sejumlah SPBU.

“Pertalite harus dijamin harganya tidak naik karena suplai mesti ditambah artinya kalau tidak ditambah pasokannya akan terjadi kelangkaan, akan ada masyarakat menengah ke bawah daya belinya tergerus oleh kenaikan harga Bapok yang lainnya,” kata dia. 

Selain itu, dia meminta pemerintah untuk tidak gegabah terkait dengan rencana kenaikan harga gas elpiji 3 kilogram. Menurut dia, wacana itu bakal menggerus daya beli masyarakat cukup dalam pada momentum pemulihan ekonomi tahun ini. 

“Termasuk elpiji 3 kilogram harus dipertahankan jangan dinaikan seperti ada selentingan baru-baru ini akan dinaikan, di situ tugas pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat ketika beberapa komponen naik,” tuturnya. 

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan tingkat inflasi pada komponen inti pada Maret 2022 kembali mengalami peningkatan yang tinggi jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu. 

Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan komponen inti pada Maret 2022 mengalami inflasi sebesar 0,30 persen secara bulanan (month-to-month/mtm). Sementara itu, inflasi inti secara tahunan tercatat mencapai 2,37 persen (year-on-year/yoy).

“[Inflasi inti] ini tertinggi sejak Mei 2020, di mana saat itu terjadi inflasi 2,65 persen,” katanya dalam konferensi pers, Jumat (1/4/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Amanda Kusumawardhani
Terkini