Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank OCBC NISP Tbk. (NISP) membidik pertumbuhan kredit pada 2022 dapat mencapai di kisaran 8 – 11 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Direktur OCBC NISP Hartati mengatakan bahwa pertumbuhan kredit tersebut selaras dengan target yang ditetapkan oleh regulator. Adapun sepanjang 2021, penyaluran kredit bruto emiten bank dengan kode NISP ini mencapai Rp120,8 triliun.
“Sejalan dengan rencana pertumbuhan dari regulator, yaitu pertumbuhan kredit di kisaran 8-11 persen. Kami akan menjalankannya dengan prinsip kehati-hatian,” kata Hartati dalam paparan publik yang digelar secara virtual, Selasa (5/4/2022).
Sementara itu, OCBC NISP bakal menyesuaikan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) dengan loan to deposit ratio (LDR) yang optimal. Pada saat bersamaan, rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) bakal di jaga di bawah 3 persen.
Menutup tahun 2021, OCBC NISP tercatat membukukan laba bersih sebesar Rp2,5 triliun sepanjang tahun 2021 atau tumbuh 19,9 persen secara tahunan. Capaian laba bersih ditopang oleh pendapatan bunga bersih sebesar Rp7,64 triliun, tumbuh 7,5 persen yoy.
Presiden Direktur Bank OCBC NISP, Parwati Surjaudaja, menuturkan naiknya pendapatan bunga bersih disebabkan penurunan pada beban dana sebesar 26,9 persen yoy, seiring dengan suku bunga acuan yang berada di level rendah dan kenaikan dana murah bank.
“Meskipun demikian, pendapatan operasional lainnya menjadi Rp2,1 triliun atau turun 8,5 persen, terutama karena faktor pergerakan pasar,” ujar Parwati.
Dengan demikian, pendapatan operasional bank tercatat sebesar Rp9,7 triliun atau tumbuh 3,6 persen, sedangkan beban operasional mencapai Rp4,2 triliun atau naik 2,1 persen. Sementara itu dari sisi aset, OCBC sepanjang tahun membukukan Rp214,4 triliun atau tumbuh 3,9 persen yoy.
Capaian ini menjaga posisi perseroan sebagai 10 besar bank berdasarkan total aset dengan pangsa pasar sebesar 2,2 persen. Pertumbuhan aset itu disokong oleh penyaluran kredit bruto pada 2021 sebesar Rp120,8 triliun.
Parwati mengatakan fungsi intermediasi dijalankan dengan prinsip kehati-hatian, tercermin dari rasio kredit bermasalah atau NPL bersih sebesar 0,9 persen dan bruto 2,4 persen.
Dari aktivitas pendanaan, OCBC NISP membukukan total dana pihak ketiga mencapai Rp168 triliun hingga akhir tahun lalu. Di tengah likuiditas yang melimpah, dana murah (current account saving account/CASA) tumbuh 26,8 persen sehingga rasionya menjadi 50,6 persen.
“Perseroan berupaya mempertahankan fungsi intermediasi secara optimal meskipun permintaan terhadap kredit masih lemah, sehingga LDR sebesar 71,7 persen dan loan to funding ratio [LFR] sebesar 69,7 persen,” kata Parwati.
Sementara itu, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perseroan meningkat menjadi 23 persen pada 2021. Hal ini dinilai mencerminkan modal bank terus diperkuat dan siap menghadapi segala potensi risiko.
Parwati menambahkan bahwa pada tahun ini OCBC NISP akan terus mempertajam kebijakan penyaluran kredit dengan menjaga aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan secara berkesinambungan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel