Bisnis.com, JAKARTA — Berdasarkan survei, tak jarang pelaku UMKM mengalami kesulitan mengajukan pinjaman produktif ke perbankan karena umur usahanya belum sesuai kriteria. Dalam hal ini, tekfin pendanaan bersama (P2P lending) bisa jadi solusi.
Hal ini turut terungkap dalam studi Tenggara Strategics terhadap para UMKM selaku peminjam (borrower) di platform PT Investree Radhika Jaya (Investree) pada akhir 2021. Responden berjumlah 275 pelaku usaha, terbagi 164 orang di segmen mikro, 74 orang di segmen kecil, dan 37 orang di segmen menengah.
Berdasarkan survei, 39 persen dari total responden mengaku mendapat pinjaman produktif pertama mereka dari platform Investree. Terdiri dari 37 persen di segmen mikro, 47 persen di segmen kecil, dan 30 persen di segmen menengah.
Co-Founder & CEO Investree Adrian Gunadi mengungkap bahwa hal ini membuktikan pihaknya selaku platform P2P lending mampu ikut meningkatkan inklusi keuangan bagi pelaku UMKM di masa-masa pandemi yang penuh ketidakpastian.
"Ini menjadi bukti bahwa akses pembiayaan fintech P2P lending dapat menjadi alternatif modal kerja yang menguntungkan, sekaligus kaya manfaat bagi pertumbuhan bisnis pengusaha. Apalagi pada era digital serba cepat saat ini," ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (7/4/2022).
Bukan hanya Investree saja, misalnya di segmen menengah, dari responden yang sudah sempat menerima pinjaman dari institusi lain sebelumnya, 85 persen sempat menerima pinjaman bank, namun 15 persen sempat menjajal pinjaman produktif dari P2P lending lain.
Adapun, bisnis kecil mayoritas mulai menyentuh pinjaman berkat Investree, sisanya bank dan koperasi. Sementara segmen mikro terbilang yang paling beragam, mulai dari bank, industri keuangan non-bank (IKNB), koperasi, juga P2P lending lain.
Contoh kisah UMKM yang pertama kali mendapat pinjaman produktif dari Investree salah satunya PT Gesits Bali Pratama, distributor terbesar Wika Industri Manufaktur (WIMA) sebagai produsen motor listrik.
Direktur Gesits Bali Pratama Sari Suryanti mengungkap walaupun angka penjualan motor listriknya mencatatkan hasil positif, tapi umur selalu menghalangi realisasi pinjaman ke perbankan.
"Hingga 4 bank sudah kami dekati, tapi semua menolak, karena syarat apakah kami sudah berumur 2 tahun atau belum. Jadi, untuk modal usaha, terutama untuk pengadaan unit sepeda motor listrik serta memperlancar keperluan operasional, Investree telah menyelamatkan kami," ujarnya sebagai salah satu narasumber dalam studi ini.
Studi juga mengungkap dampak Investree terhadap keuangan dan skala bisnis UMKM, salah satunya lewat membeli peralatan baru. Investree juga berguna buat UMKM yang butuh pinjaman untuk arus kas, salah satunya ketika mereka sedang sulit karena bayaran atas pekerjaannya belum jatuh tempo, tapi harus secara cepat mempersiapkan pembayaran gaji pegawai.
Executive Director Tenggara Strategics Riyadi Suparno menambahkan dukungan dari platform P2P lending seperti Investree sebenarnya bukan hanya berdampak terhadap inklusi keuangan, tapi juga pada aspek non-ekonomi khususnya sosial dan psikologis.
Misalnya, kualitas hidup pelaku UMKM yang menjadi borrower Investree meningkat sebesar 14 persen secara keseluruhan setelah menerima penyaluran pinjaman selama masa pandemi.
Selain itu, sebanyak 78 persen pelaku UMKM borrower Investree yang tergabung dalam komunitas Koperasi Jasa dengan Unit Usaha Simpan Pinjam Gramindo Berkah Madani beserta sub usahanya Gayatri Microfinance, merasa terdukung secara mental dan sosial.
"Mudah-mudahan akses pembiayaan digital semacam ini dapat terus membantu UMKM berkembang dan menjadi tangguh melewati masa pandemi," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel