Antisipasi Gangguan Rantai Pasokan Bahan Baku, Indonesia Perlu Siapkan Strategi Khusus

Bisnis.com,10 Apr 2022, 20:56 WIB
Penulis: Maria Elena
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/2/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Direktur Eksekutif CSIS Indonesia Yose Rizal Damuri Indonesia harus melakukan langkah antisipasi dampak konflik Ukraina dan Rusia yang akan mempengaruhi rantai pasokan bahan baku ke dalam negeri.

Dia pun menambahkan bahwa eskalasi geopolitik Rusia dan Ukraina menjadi ancaman bagi pemulihan ekonomi Indonesia yang saat ini masih berada dalam kondisi rapuh akibat pandemi Covid-19.

Dia mengatakan, dampak langsung dari konflik Rusia dan Ukraina sebenarnya tidak terlalu signifikan, karena kedua negara tersebut bukan mitra dagang utama Indonesia.

Namun, Indonesia harus melakukan langkah antisipasi, karena konflik antara kedua negara tersebut akan mempengaruhi rantai pasokan bahan baku ke dalam negeri.

Sementara itu, Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) memperkirakan dampak dari konflik Rusia dan Ukraina akan menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi 1 persen poin.

Yose mengatakan, ini adalah angka yang besar, karena pertumbuhan perekonomian dunia belum pulih sepenuhnya. Dampak yang tidak sedikit juga tampak pada inflasi.

“Padahal, saat ini inflasi sudah tinggi akibat disrupsi pasokan bahan baku selama pandemi. Invasi Rusia kemungkinan akan memperparah tingkat inflasi, terutama bagi negara konsumen energi, seperti Indonesia,” kata dia, belum lama ini.

Menurutnya, dalam menghadapi masalah tersebut, Indonesia perlu segera melakukan langkah antisipasi.

Pertama, yaitu tetap mempertahankan perekonomian terbuka dan tidak protektif.

“Perekonomian terbuka amat menolong untuk keluar dari krisis ekonomi atau paling tidak mencegah krisis kian membesar,” katanya.

Kedua, aktif mencari berbagai sumber pasokan alternatif karena Indonesia tidak bisa mendapatkan barang dari Rusia dan Ukraina.

Ketiga, mempersiapkan kebijakan fiskal dan moneter yang lebih berhati-hati untuk mencegah peningkatan inflasi.

Keempat, menyiapkan jaring pengaman sosial yang lebih efektif, dengan memanfaatkan windfall benefit dari kenaikan harga komoditas internasional.

Kelima, menjadikan ini momentum untuk transisi energi dan skema ketahanan pangan yang lebih baik.

“Transisi energi akan meningkatkan kemandirian dan kestabilan pengadaan energi Indonesia sehingga meningkatkan resiliensi perekonomian kita terhadap masalah terkait ketahanan energi,” tutur Yose.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Yustinus Andri DP
Terkini