Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) melihat industri pembiayaan Indonesia masih dalam tren menjadi semakin berwarna. Aksi korporasi perusahaan rintisan (startup) menjadi salah satu penopangnya.
Ketua APPI Suwandi Wiratno menjelaskan bahwa tren ini sebenarnya dimulai sejak munculnya fenomena startup mengambil lisensi multifinance untuk menyelenggarakan aktivitas pembiayaan berskema bayar tunda (paylater).
Sebagai contoh, antara lain Traveloka, Akulaku, Kredivo, sampai Carro. Terkini, startup di bidang penyedia jasa pembayaran Xendit (PT Sinar Digital Terdepan) lewat Xendit Pte Ltd tercatat bakal mencaplok perusahaan hasil merger PT Globalindo Multi Finance dan PT Emas Persada Finance.
"APPI tentu menyambut, dan sebenarnya aksi korporasi semacam ini lumrah sekali. Ini membuat industri pembiayaan akan jadi lebih berwarna, dari sebelumnya hanya identiknya dengan sektor otomotif," ujarnya kepada Bisnis, Senin (18/4/2022).
Suwandi menjelaskan bahwa fenomena ini mencerminkan industri leasing Tanah Air masih prospektif dan menggoda buat investor. Selain itu, startup yang menjadi wajah-wajah baru industri, dipercaya turut membuka potensi beragam skema pembiayaan yang lebih kreatif, serta segmen-segmen debitur yang beragam.
Sebagai informasi, Xendit merupakan startup teknologi finansial berizin Bank Indonesia sejak November 2019 yang telah tergolong sebagai unikorn sejak 2021. Xendit pun tampak mencoba terus melebarkan sayapnya dalam lanskap industri keuangan Tanah Air, seiring kabar tengah mengincar kepemilikan di PT Bank Sahabat Sampoerna (Bank Sampoerna).
Xendit memperoleh status unikorn alias bervaluasi lebih dari US$1 miliar, tepatnya setelah menerima putaran pendanaan beruntun tahun lalu, yaitu Seri B senilai US$64,6 juta pada semester I/2021 dan Seri C senilai US$150 juta pada kisaran September 2021.
Layanan Xendit utamanya menyediakan aplikasi tatap muka (open API) untuk memudahkan pelaku usaha menerima dan mengirim pembayaran secara online. Di samping itu, Xendit juga menyediakan layanan terkait manajemen toko dan operasional bisnis.
Dalam kesempatan terpisah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun menyambut positif adanya fenomena maraknya startup mencaplok entitas leasing untuk ikut menyelenggarakan bisnis pembiayaan.
Kepala Departemen Pengawasan Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) 2B OJK Bambang W Budiawan sempat menjelaskan kepada Bisnis bahwa startup pun biasanya membawa entitas multifinance yang sebelumnya kurang kompetitif menjadi lebih berkembang, dan akhirnya menyumbang tren positif buat industri secara umum.
Pendorongnya, yaitu suntikan modal baru, serta kemampuan startup terkait untuk mencari debitur-debitur potensial, yang notabene memiliki segmentasi pangsa pasar berbeda dengan debitur-debitur dari 'pemain lama'.
Bahkan, menurut Bambang, startup yang sudah punya pangsa pasar justru bagus buat operasional bisnis multifinance terkait, karena secara tidak langsung mampu meningkatkan mitigasi risiko.
"Sebab, startup itu biasanya bikin layanan semacam paylater buat pelanggannya. Artinya, pembiayaan bukan lagi berbentuk hard cash alias uang tunai, tapi untuk membeli sebuah produk atau mengakses suatu layanan di ekosistem startup tersebut. Ini membuat mitigasi risikonya lebih bagus, karena berarti calon debitur bukan orang luar yang belum dikenal," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel