Dampak Minimnya Jaminan Perlindungan, Wilayah Papua Kini Krisis Tenaga Medis

Bisnis.com,20 Apr 2022, 19:36 WIB
Penulis: Wahyu Arifin
Ilustrasi dokter. /Saint Anthony Hospital

Bisnis.com, JAKARTA - Minimnya jaminan perlindungan dari pemerintah dan aparat keamanan menyebabkan wilayah Papua kini krisis tenaga medis.

Hal itu diungkapkan oleh Ketua DIDI wilayah Papua Donald Aronggear.

Ia mengaku prihatian dengan kondisi tersebut karena jumlah dokter yang minim dapat menyebabkan pelayanan yang diberikan tidak maksimal.

“Saat ini hanya ada dua dokter spesialis bedah onkologi di wilayah Papua yang harus melayani sekitar 4,3 juta penduduk. Apabila kondisi seperti ini terus dibiarkan terjadi, maka dikuatirkan akan mengganggu pelayanan kesehatan pada masyarakat setempat,” jelas Donald, Rabu (20/4/2022).

Sebelumnya, Ketua umum PB IDI, M. Adib Khumaidi, mengecam tindakan kekerasan yang dilakukan keluarga pasien terhadap dr. James Resi, SpB (Onk), dokter beda onkologi yang bertugas di wilayah Papua.

Menurutnya, kejadian tersebut seharusnya dapat dihindarkan. Apalagi korbannya adalah tenaga medis yang bekerja membantu keselamatan masyarakat.

“Setiap dokter dan tenaga Kesehatan pasti akan selalu melakukan yang terbaik bagi masyarakat. Tindakan kekerasan pada dokter dan nakes tentunya akan mengganggu pelayanan pada masyarakat karena mereka jadi khawatir melakukan tindakan medis,” ujarnya.

Oleh karena itu, ia berharap pemerintah maupun penyelenggara fasilitas kesehatan masyarakat serta aparat penegak hukum perlu memberikan perlindungan yang maksimal agar tenaga medis bisa bekerja secara profesional.

Seperti diketahui, Sabtu (16/4/2022) dokter James dianiaya oleh keluarga pasien setelah pasien rujukan dari Wamena itu meninggal seusai menjalani operasi di RS DOK II Jayapura. Peristiwa ini terekam kamera ponsel hingga videonya viral. Akibat kejadian itu, dr James mengalami lebam dan luka di wajah.

Sebelumnya, seorang bidan bernama Sri Lestari juga meninggal karena penganiayaan kelompok tertentu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Setyo Puji Santoso
Terkini