Survei Bank Indonesia: Pertumbuhan Kredit Baru Melambat pada Kuartal I/2022

Bisnis.com,21 Apr 2022, 12:54 WIB
Penulis: Rika Anggraeni
Karyawan melintas didekat logo Bank Indonesia di Jakarta, Senin (30/12/2019). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA — Survei Perbankan Bank Indonesia (BI) mengindikasikan secara triwulanan (qtq) penyaluran kredit baru tumbuh positif pada triwulan I/2022, meski melambat dari periode sebelumnya. 

Hal ini terindikasi dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) permintaan kredit baru triwulan I/2022 sebesar 64,8 persen, lebih rendah dibandingkan pada triwulan IV/2021, yakni sebesar 87,0 persen. 

Berdasarkan jenis penggunaan, pertumbuhan kredit baru yang melambat terjadi pada seluruh jenis kredit. Perlambatan tersebut terindikasi dari SBT positif yang lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya, baik pada kredit modal kerja (SBT 65,3 persen), kredit investasi (SBT 31,3 persen), maupun kredit konsumsi (SBT 46,8 persen). 

Adapun, permintaan kredit baru untuk kredit konsumsi berupa KPR/KPA terindikasi dari SBT positif yang lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya, yakni dengan SBT sebesar 28,9 persen. Namun, KPR/KPA menjadi kredit konsumsi dengan pertumbuhan paling tinggi dibandingkan segmen lainnya. 

Lalu, untuk kartu kredit juga mengalami pertumbuhan yang lebih rendah, yakni dengan SBT sebesar 22,2 persen. Selanjutnya, kredit konsumsi multiguna dan kartu tanpa agunan (KTA) dengan SBT masing-masing sebesar 18,7 persen dan 19,8 persen, lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya. 

Sementara itu, kredit konsumsi kendaraan bermotor mengalami penurunan terdalam dengan kontraksi sebesar -24,2 persen. 

Secara sektoral, pertumbuhan penyaluran kredit baru tertinggi terjadi pada sektor Perdagangan Besar dan Eceran dengan SBT sebesar 48,5 persen, diikuti oleh sektor Pertanian, Perburuan, Kehutanan, dan sektor Penyediaan Akomodasi & Makanan Minuman dengan SBT masing-masing sebesar 39,5 persen, dan 36,7 persen. 

Jika dilihat berdasarkan golongan debitur, non UMKM mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi di saat UMKM (KUR) dan UMKM (non KUR) menurun. Untuk non UMKM, mengalami pertumbuhan dengan SBT sebesar 62,7 persen, lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. 

Berikutnya, UMKM (KUR) dan UMKM (non KUR) masing-masing mengalami pertumbuhan yang melambat dengan SBT sebesar 58,8 persen dan 57,6 persen, lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Muhammad Khadafi
Terkini