Bisnis.com, JAKARTA — Laju pertumbuhan simpanan nasabah kaya dengan nominal di atas Rp5 miliar per rekening mengalami pertumbuhan yang sangat tinggi dalam setahun terakhir. Kondisi ini menyimpan potensi yang besar yang dapat dioptimalkan bank untuk mendorong pemasaran produk-produk wealth management untuk nasabah ini.
Kondisi ini kemungkinan masih bakal berlanjut lagi tahun ini, padahal tingkat suku bunga simpanan di perbankan Indonesia sudah mencapai level terendah sepanjang masa. Jika suku bunga acuan perlahan kembali naik tahun ini, minat penabung ini kemungkinan bakal makin pesat lagi.
Apalagi, saat ini kondisi pasar masih ditandai oleh ketidakpastian. Instrumen alternatif penabung yang bersifat pendapatan tetap yakni obligasi justru sedang tertekan akibat ancaman penurunan harga di pasar sekunder akibat kenaikan suku bunga global.
Di sisi lain, saat ini industri perbankan sebenarnya sedang mengalami kelebihan likuiditas, akibat pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang selama ini jauh lebih pesat ketimbang pertumbuhan kredit.
Ulasan tentang masih kuatnya sinyal pertumbuhan simpanan nasabah kaya yang bakal menjadi peluang emas bagi bank untuk menarik lebih banyak simpanan, menjadi salah satu pilihan Bisnisindonesia.id, selain beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik tersaji dari meja redaksi Bisnisindonesia.id.
Berikut intisari dari top 5 News Bisnisindonesia.id yang menjadi pilihan editor, Kamis (21/4/2022):
1. Kinerja Lemah Blok Mahakam Mulai Bertenaga
Upaya keras PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) yang terus menggeber produksi minyak dan gas bumi di Blok Mahakam lambat laun mulai membuahkan hasil. Perlahan tapi pasti, kinerja produksi di blok migas tua itu kian meningkat.
Dalam sejarahnya, Blok Mahakam yang berada di Kalimantan Timur merupakan salah satu blok penghasil migas terbesar di Indonesia dengan jumlah cadangan ketika pertama kali ditemukan di era 70-an sekitar 1,68 miliar barel minyak dan 21,2 triliun kubik gas alam.
Produksi migas di Blok Mahakam pernah mencapai puncaknya pada 1977, yakni untuk minyak sekitar 230.000 barel per hari (bopd) dan gas 2.800 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd). Namun dengan kondisi lapangan migas yang masuk kategori tua dan berada di fase IV, secara alamiah terus terjadi penurunan produksi.
Kondisi lapangan migas yang telah beroperasi lebih dari 50 tahun, membuat laju penurunan produksi alamiah menjadi sangat tinggi, diperkirakan sekitar 30% per tahun. Produksi minyak bahkan berpotensi anjlok hingga di bawah 20.000 bopd dan gas di bawah 400 MMscfd.
Namun, Pertamina Hulu Mahakam (PHM) dengan segala daya dan upaya terus melakukan optimasi pekerjaan untuk mempertahankan level produksi meskipun di sisi lain harus bertahan dalam kondisi krisis dengan lapangan-lapangan yang sudah berumur.
2. Asa Perbankan Tambah Nasabah Kaya
Porsi simpanan nasabah kaya di sistem perbankan cenderung terus meningkat selama periode pandemi.
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat bahwa tiering simpanan di atas Rp5 miliar mengalami pertumbuhan sebesar 16,3 persen secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp3.818 triliun pada Februari 2022. Jumlah ini berkontribusi sebesar 51,3 persen terhadap total simpanan di perbankan.
Adapun, total nominal simpanan nasabah bank umum tercatat sebesar Rp7.446 triliun pada Februari 2022 atau meningkat 10,7 persen secara tahunan. Hal ini memberikan sinyal bahwa nasabah kaya masih cenderung menahan diri untuk membelanjakan uangnya, entah untuk konsumsi maupun investasi.
Oleh karena itu, kondisi ini dapat dimanfaatkan oleh perbankan untuk memacu produk alternatif mereka, misalnya di bisnis wealth management, untuk memacu pendapatan berbasis
3. Beternak Uang di Singapura? Deretan Properti Dilepas ke Pasar
Sudah berpuluh tahun diketahui secara luas bahwa warga negara Indonesia cukup mendominasi orang asing yang membeli properti di Singapura.
Salah satu yang baru terjadi pada awal tahun ini adalah pembelian mal atau pusat perbelanjaan di kawasan pusat bisnis (central bsuiness district/CBD) di Orchard Road oleh keluarga Sukanto Tanoto, salah satu taipan berstatus WNI.
Singapura sendiri memang tetap menjadi salah satu tujuan investasi utama untuk sektor real estat. Investor yang menaruh dana mereka di negara kota tersebut datang dari berbagai penjuru dunia. Singapura memang dianggap sebagai negara paling aman untuk mengeruk cuan dari bisnis properti.
Bagi Anda yang berminat untuk “beternak” uang di Singapura, saat ini terdapat sejumlah proyek properti yang ditawarkan ke pasar.
4. Menyingkap Fakta di Balik Harga BBM Indonesia yang Kian Mahal
Naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi Gasoline RON 92 atau Pertamax per 1 April 2022 telah memantik terjadinya polemik tak berkesudahan. Beragam reaksi yang muncul turut memperkeruh suasana hingga membuat kalut masyarakat.
Ada yang membandingkan harga BBM di Indonesia dengan sejumlah negara di Asia Tenggara. Harga BBM jenis yang sama di Malaysia, bahkan disebut yang paling murah. Kemudian, ada pula yang mempertanyakan berapa sebenarnya harga keekonomian BBM di Indonesia.
Terbaru, muncul lagi perbincangan di media sosial terkait dengan tudingan bahwa harga jual Pertamax saat ini terlalu tinggi. Harga BBM dengan kadar oktan 92 itu tanpa memperhitungkan pajak diklaim seharusnya Rp3.772 per liter, jauh di bawah harga saat ini Rp12.500—Rp13.000 per liter.
Dalam berbagai kesempatan, Presiden Joko Widodo sebenarnya telah menyampaikan bahwa keputusan untuk menaikkan harga BBM sudah tepat.
Presiden bahkan menegaskan bahwa pemerintah tidak mungkin untuk tidak menaikkan harga BBM, sebab kenaikan harga itu dipengaruhi oleh naiknya inflasi akibat ekonomi global yang tengah bergejolak.
Lantas, seberapa besar sebenarnya harga keekonomian BBM di Indonesia?
5. Nyali Swasta Ancam Pemerintah Soal Subsidi Minyak Goreng
Penetapan tersangka kasus ekspor minyak sawit mentah (CPO) dan RDB Palm Olein dari kalangan pelaku usaha minyak goreng berbuntut panas. Pengusaha mulai menebar ancaman keluar dari mandatory minyak goreng subsidi besutan pemerintah.
Ancaman ini keluar dari mulut Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga. Asosiasi tidak terima anggotanya terjerat kasus ekspor minyak sawit mentah yang berbuntut kelangkaan minyak goreng dalam negeri.
Penangkapan tersebut menyeret tiga perusahaan raksasa minyak goreng. Wilmar Nabati Indonesia, Musim Mas, dan Permata Hijau Group masuk dalam dugaan kongkalikong izin ekspor CPO. GIMNI menilai penetapan tersangka harus dijelaskan secara terang.
Pengusaha kata Sahat telah menjalankan kebijakan pemerintah sesuai aturan yakni menerapkan domestic market obligation (DMO) sebesar 20 persen CPO ke domestik untuk mendapat persetujuan ekspor (PE).
Secara cukup berani, GIMNI mengancam industri minyak goreng mundur dari partisipasi minyak goreng subsidi saat ini bila masalah tersebut tidak diselesaikan. Asosiasi mengancam bakal keluar dari program produksi minyak curah yang digulirkan untuk menormalkan harga minyak goreng di pasar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel