Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia dan International Monetary Fund (IMF) menilai prospek perekonomian global saat ini tengah menghadapi risiko dan ketidakpastian yang tinggi.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Wajiyo menyampaikan semakin pentingnya bauran kebijakan yang komprehensif dan koordinasi baik di tingkat nasional maupun internasional.
“Oleh karena itu, pengembangan Integrated Policy Framework (IPF) sangat diperlukan sebagai dasar analisis dalam merumuskan formulasi bauran kebijakan,” ujar Perry dalam keterangan resmi, dikutip Sabtu (23/4/2022).
Dia menilai, koordinasi kebijakan moneter dan fiskal di tingkat nasional perlu dilakukan untuk mendukung pemulihan ekonomi dengan tetap menjaga tingkat inflasi ditengah kenaikan harga energi dan komoditas.
Dalam hal ini, IMF perlu membantu anggotanya untuk merumuskan exit strategy yang well-calibrated, well-planned, and well-communicated atas kebijakan moneter yang non-tradisional, serta menyusun strategi untuk mengurangi scaring effect.
Pada tataran internasional, IMF diharapkan dapat mengambil peran aktif dalam mendorong kerja sama internasional untuk mengatasi tantangan sekaligus mencegah terjadinya fragmentasi ekonomi global.
Hal ini di antaranya termasuk upaya terkait perubahan iklim, mengatasi pandemi, mengatasi kerentanan utang, mendorong digitalisasi, mobilisasi penerimaan pajak, serta mengamankan ketahanan energi.
IMF telah membentuk fasilitas Resilience and Sustainability Trust (RST) untuk membantu negara yang membutuhkan dalam mengatasi tantangan struktural jangka panjang.
Dalam forum, IMF menyampaikan rekomendasi kepada negara anggota bahwa respon kebijakan perlu diarahkan untuk mengatasi tekanan inflasi yang semakin meningkat.
Selain itu, negara anggota juga diharapkan untuk terus memperkuat kerja sama multilateral, yang antara lain mencakup kelanjutan upaya penyelesaian pandemi, serta upaya mengurangi emisi gas rumah kaca.
Lebih lanjut, Indonesia dan negara anggota lainnya disarankan untuk dapat mendorong produktivitas melalui digitalisasi, serta komitmen untuk penyediaan kecukupan bantuan likuiditas internasional bagi negara yang membutuhkan.
Sejumlah faktor risiko yang mempengaruhi kinerja perekonomian global bersumber dari potensi kemungkinan memburuknya konflik di Ukraina, eskalasi sanksi atas Rusia, meningkatnya kembali kasus dan varian baru Covid-19, perlambatan pertumbuhan Tiongkok, serta peningkatan tekanan sosial akibat kenaikan harga pangan dan energi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel