Bisnis.com, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melihat sektor perbankan syariah dapat mendorong pemulihan ekonomi nasional di tengah melandainya kasus Covid-19.
Kepala Departemen Pengawasan Bank Syariah OJK Jasmi mengatakan bank syariah dinilai memiliki ruang untuk meningkatkan ekonomi Indonesia terlihat dari konteks likuiditas, risiko, permodalan, dan efisiensi.
Berdasarkan data OJK per Februari 2022, rasio pembiayaan terhadap pendanaan atau financing to deposit ratio (FDR) dari bank umum syariah dan unit usaha syariah (UUS) mencapai 77,34 persen, meningkat dibandingkan posisi bulan sebelumnya, yakni 75,32 persen.
“Ruang perbankan syariah masih tebal, tinggal menunggu demand dari masyarakat,” ujar Jasmi dalam Media Briefing Keuangan Syariah yang digelar virtual, Jumat (22/4/2022).
Total aset perbankan syariah sampai dengan Februari 2022 mencapai Rp664,89 triliun. Jumlah ini meningkat 13,17 persen jika dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
Peningkatan kinerja perbankan syariah juga tecermin dari dana pihak ketiga (DPK) yang meningkat dari Rp462,41 triliun per Februari 2021 menjadi Rp531,55 triliun. Adapun, kinerja pembiayaan perbankan syariah tumbuh 7,58 persen secara tahunan menjadi Rp411,10 triliun.
Sementara itu, rasio pembiayaan bermasalah (non-performing finance/NPF) perbankan syariah nasional terus mengalami penurunan. Per Februari 2022, NPF secara gross mencapai 2,64 persen dan net 0,99 persen turun dari posisi Februari 2021 masing-masing 3,14 persen serta 1,55 persen.
Direktur Pengaturan dan Perizinan Perbankan Syariah OJK Nyimas Rohmah mengatakan pengembangan keuangan syariah Indonesia memiliki potensi besar.
Pasalnya, Indonesia merupakan negara berpenduduk muslim terbesar dengan porsi 86,88 persen. Selain itu, menurut State of Global Islamic Economy Report 2021/2022, pengeluaran muslim global untuk sektor ekonomi syariah diperkirakan tumbuh 9,1 persen pada 2022.
“Ini merupakan suatu potensi pasar yang sangat luar biasa bagi sektor keuangan syariah yang bisa dilayani oleh keuangan syariah di Indonesia,” kata Nyimas.
Di sisi lain, berdasarkan Islamic Finance Outlook 2022, industri keuangan syariah diperkirakan bakal tumbuh sebesar 10 persen hingga 12 persen pada 2021 – 2022.
Secara terpisah, pengamat ekonomi perbankan dari Binus University, Doddy Ariefianto, mengatakan satu isu utama industri keuangan syariah adalah sumber daya manusia (SDM).
Menurutnya belum ada SDM yang menguasai perbankan syariah sebaik perbankan konvensional. Padahal, bila melihat jauh ke belakang, Indonesia sudah 30 tahun memiliki bank syariah. “Sudah saatnya kita memiliki SDM bank syariah yang unggul,” katanya.
Doddy menambahkan persoalan utama kesenjangan SDM itu karena selama ini belum ada bank syariah yang dapat menyaingi bank konvensional besar, baik dari segi aset maupun permodalan sehingga diversifikasi bisnis pada setiap bank syariah terbilang minim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel