Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) mempertahankan target pertumbuhan kredit pada 2022 mencapai 7 persen hingga 10 persen, setelah pada kuartal I/2022 berhasil mencetak kenaikan kredit sebesar 5,8 persen.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar menyatakan bahwa perseroan akan terus meningkatkan kinerja kredit dengan target pertumbuhan sebesar 7 – 10 persen pada 2022.
“Akselerasi kinerja ini akan didukung oleh rencana penyaluran kredit yang lebih kuat dan berkualitas di semua segmen, serta tren positif ekonomi makro seperti kegiatan ekonomi yang lebih terbuka, dan harga komoditas yang kuat,” ujarnya, Selasa (26/4/2022).
Pada kuartal I/2022, emiten bank dengan kode saham BBNI tersebut menyalurkan kredit sebesar Rp591,7 triliun. Raihan itu meningkat sebesar 5,8 persen jika dibandingkan kuartal pertama tahun lalu yang membukukan Rp559,3 triliun.
Penyaluran kredit di segmen business banking tercatat masih menjadi motor penggerak. Pembiayaan ke segmen korporasi swasta pada kuartal I/2022 tumbuh 9,9 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp193,2 triliun.
Selain itu, segmen large commercial tumbuh Rp24,4 persen menjadi Rp46,1 triliun, segmen usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) juga naik 11,8 persen yoy dengan nilai kredit mencapai Rp98 triliun.
Secara keseluruhan, kredit di sektor business banking tumbuh 4,8 persen yoy menjadi Rp489,3 triliun. Kenaikan ekspansi kredit di seluruh segmen tersebut sejalan dengan kondisi perekonomian nasional yang sudah mulai pulih.
Royke menuturkan bahwa sektor yang dibidik di segmen business banking adalah sektor perdagangan, infrastruktur, dan industri pengolahan. Bahkan, pembiayaan segmen hijau terus menunjukkan kebutuhan pembiayaan dengan ticket size besar sekaligus berkualitas.
“Hal ini dapat menjadi motor pendorong kredit sindikasi, salah satu penopang kredit korporasi perseroan,” kata Royke.
Dari sisi konsumer, kredit payroll dan kredit kepemilikan rumah membukukan penguatan kinerja positifnya pada awal tahun ini dengan pertumbuhan masing-masing 18,8 persen dan 8,4 persen yoy. Adapun, total kredit konsumer BNI bertumbuh 11,4 persen secara tahunan.
Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini, menambahkan bahwa perseroan terus memperkuat posisi permodalan dan likuiditas. Dua faktor ini dinilai akan menjadi fondasi dalam melanjutkan kestabilan kinerja, sekaligus menopang pertumbuhan bisnis yang lebih positif.
Sepanjang Januari – Maret 2022, dana pihak ketiga (DPK) BBNI tumbuh 8,4 persen secara yoy, dengan rasio dana murah atau current account and saving account (CASA) mendominasi dan meningkat menjadi 69,2 persen dari periode sebelumnya, yakni 67,9 persen.
Pertumbuhan dana murah ini mendorong perbaikan biaya dana atau cost of fund dari 1,74 persen pada akhir kuartal pertama 2021 menjadi 1,46 persen pada kuartal I/2022.
“Ruang untuk ekspansi pun masih terbuka. Ditunjukkan dari loan to deposit ratio yang berada pada 85,02 persen. Di sisi permodalan, rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio [CAR] berada pada posisi 19,3 persen, naik 120 basis poin secara yoy,” kata Novita.
Novita menuturkan perbaikan risiko kredit juga mendukung peningkatan kinerja yang baik pada awal 2022. Loan at risk (LAR) BNI pada kuartal I/2022 mencapai 22,1 persen atau membaik sebesar 4,8 persen secara yoy.
Demikian juga halnya dengan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) BNI yang terus bergerak membaik 60 basis poin yoy ke posisi 3,5 persen dari periode sama tahun lalu, yakni sebesar 4,1 persen.
Novita menyatakan bahwa restrukturisasi kredit akibat pandemi Covid-19 juga terus menunjukkan perbaikan. Kredit restrukturisasi pada kuartal I/2022 tercatat Rp69,6 triliun, turun dari posisi periode yang sama tahun lalu sebesar Rp84,3 triliun.
Bahkan, debitur BNI terdampak pandemi telah mulai melakukan pembayaran sehingga kami optimis tren perbaikan kualitas kredit akan terus berjalan di semua segmen,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel