Penghiliran Nikel 'On Track', Investasi Logam Dasar Naik Terus

Bisnis.com,27 Apr 2022, 13:06 WIB
Penulis: Reni Lestari
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia menyampaikan keterangan pers terkait pencabutan Izin Usaha Pertambangan (IUP), Hak Guna Usaha (HGU), dan Hak Guna Bangunan (HGB) terhadap sejumlah perusahaan di Kantor BKPM, Jakarta, Jumat (7/1/2022). ANTARA FOTO/Galih Pradipta

Bisnis.com, JAKARTA - Investasi yang konsisten tumbuh di sektor logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya, disebut menjadi indikasi upaya penghiliran, salah satunya pada komoditas nikel, berada pada jalurnya.

Kementerian Investasi/Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM) mencatat investasi di sektor logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya tumbuh 14 persen menjadi Rp39,7 triliun pada kuartal I/2022. Nilai investasi tersebut kembali menjadi yang tertinggi diantara sektor-sektor lainnya.

Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan pada 2019 sektor tersebut masih berada di urutan ke-4 investasi terbesar.

"Penghiliran kita benar-benar sedang terjadi. Jadi kita tidak terpengaruh intervensi dari negara mana pun untuk menahan penghiliran kita," kata Bahlil dalam konferensi pers online, Rabu (27/4/2022).

Seperti diketahui, Indonesia tengah menghadapi tuntutan di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) yang diajukan Uni Eropa, terkait pelarangan ekspor nikel. Dengan cadangan nikel terbesar di dunia yang saat ini mencapai 25 persen, potensi penghiliran untuk menghasilkan nilai tambah perlu dikembangkan di dalam negeri.

"Kita tidak boleh gentar sedikit pun," ujarnya.

Upaya penghiliran nikel yang tengah dikejar saat ini yakni pembangunan ekosistem kendaraan listrik dimulai dengan pengembangan pabrik baterai.

Sementara itu, posisi kedua nilai investasi terbesar dicatatkan oleh sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi sebesar Rp39,5 triliun, tumbuh 14 persen secara year-on-year. Selanjutnya, sektor pertambangan senilai Rp35,2 triliun (12,5 persen), perumahan, kawasan industri, dan perkantoran sebesar Rp24,9 triliun (8,8 persen), dan listrik, gas dan air Rp23,1 triliun (8,2 persen.

Pada kesempatan itu, Bahlil juga menyebut sejumlah nama perusahaan global yang belakangan telah sepakat untuk menggelontorkan investasi di Indonesia terkait baterai listrik. Sejumlah perusahaan tersebut antara lain, BASF, VW, dan Britishvolt, yang menyusul perusahaan asal China Contemporary Amperex Technology Co Limited (CATL).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hadijah Alaydrus
Terkini