Bisnis.com, JAKARTA - Lembaga pengelola informasi perkreditan PT Pefindo Biro Kredit (IdScore) melihat fenomena pemulihan kondisi debitur industri pembiayaan (multifinance/leasing), kendati belum semuanya pulih.
Direktur Utama IdScore Yohanes Arts Abimanyu mengungkap bahwa hal ini terlihat dari peningkatan portofolio kredit para multifinance mitra yang telah meningkat.
"Portofolio kredit multifinance anggota IdScore telah mengalami tren peningkatan sejak September 2021. Pada Januari 2022, portofolio kredit anggota telah mencapai Rp303,65 triliun," ujarnya kepada Bisnis, Rabu (27/4/2022).
Nilai ini tercatat lebih besar dari rata-rata bulanan di era pandemi Covid-19 sekitar Rp293 triliun. IdScore pun mencatat nilai ini meningkat meningkat 1,63 persen (month-to-month/mtm) dibandingkan bulan sebelumnya, dan meningkat 3,36 persen (year-on-year/yoy) dibandingkan Januari 2021.
IdScore pun masih optimistis memproyeksikan adanya tren peningkatan portofolio kredit multifinance pada akhir 2022 nanti, sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dan peningkatan penjualan kendaraan bermotor.
Namun demikian, Abimanyu mengimbau pelaku multifinance agar tetap mempertahankan kehati-hatian, sebab profil risiko debitur secara umum masih belum pulih. Terlebih, masih ada sentimen negatif akibat konflik geopolitik global yang menyebabkan gejolak buat perekonomian nasional.
"Hal ini pun berdampak pada memburuknya profil risiko debitur sektor keuangan Indonesia, tak terkecuali multifinance," jelasnya.
Sebelumnya, IdScore mencatat pandemi Covid-19 membuat debitur tergolong 'very high risk' meningkat, dari sebelumnya 45 persen dari total debitur, menjadi hampir menyentuh 70 persen. Apabila kondisi perekonomian masih belum pulih, maka dominasi debitur risiko tinggi pun masih ada di depan mata.
"Selama 2021, profil risiko debitur industri keuangan pun masih menunjukkan tren peningkatan. Terkhusus multifinance, profil risiko debitur yang lebih tinggi. Diperkirakan pada 2022, risiko debitur high risk masih akan tinggi akibat dari kondisi perekonomian global yang masih tidak stabil," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel