Bisnis.com, JAKARTA – Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menyampaikan bahwa kondisi likuiditas perekonomian dan perbankan domestik masih relatif longgar di tengah pertumbuhan kredit yang terus membaik dan meningkatnya aktivitas ekonomi. Sementara itu, suku bunga simpanan terpantau masih turun dengan laju lebih lambat di akhir triwulan I/2022.
Berdasarkan Laporan Indikator Likuiditas April 2022, LPS memperkirakan bahwa ruang penurunan suku bunga simpanan diperkirakan akan semakin terbatas. Dalam hal ini, bank mulai mengantisipasi tren kenaikan inflasi dan kemungkinan penyesuaian suku bunga kebijakan.
“Pola penurunan yang ada saat ini sudah berada di tahap akhir dan lebih ditujukan sebagai bentuk respons penyesuaian terhadap tingkat kompetisi antar bank,” demikian yang ditulis LPS dalam laporan, dikutip Jumat (29/4/2022).
Kemudian, LPS menilai kenaikan suku bunga maksimum dan porsi sensitif funding pada beberapa bank potensial diikuti dengan kenaikan suku bunga pada bank lain.
Namun, LPS menilai perbankan diperkirakan masih akan berupaya mengoptimalkan pengelolaan spread biaya bunga simpanan dan kredit dalam upaya menjaga kinerja net interest margin (NIM) dalam jangka pendek.
Adapun sepanjang Maret 2022, LPS mencatat tren penurunan suku bunga rupiah masih berlanjut dengan laju penurunan yang lebih terbatas.
Rata-rata tingkat bunga deposito rupiah (22 moving daily average) seluruh bank LPS pada akhir Maret 2022 turun 6 basis poin (bps) ke level 3,14 persen dibandingkan dengan akhir bulan sebelumnya. Sementara itu, suku bunga minimum dan maksimum masing-masing turun 5 bps ke level 2,57 persen dan 3,71 persen.
Suku bunga seluruh bank untuk valuta asing (valas) mulai menunjukkan kenaikan, dipengaruhi kenaikan suku bunga offshore dan suku bunga operasi moneter, suku bunga maksimum dan minimum masing-masing naik 1 bps ke level 0,52 persen dan 0,33 persen, sedangkan rata-rata seluruh bank valas naik 2 bps ke level 0,43 persen.
Dari sisi intermediasi, LPS memproyeksikan pertumbuhan kredit akan meningkat bertahap. Pertumbuhan tersebut seiring dengan pemulihan ekonomi yang terus berlanjut.
“Bank masih akan sangat selektif dalam menyalurkan kredit dengan memperhatikan pengelolaan risiko kredit dan kinerja calon debitur,” terangnya.
Selanjutnya, pembentukan cadangan yang lebih besar akan terus dilakukan bank untuk mengantisipasi pemburukan kualitas kredit.
Menurut LPS, peningkatan permintaan kredit dari berbagai sektor usaha yang lebih besar akan menjadi tantangan baru yang dalam pengelolaan likuiditas dan strategi penghimpunan dana.
Maka dari itu, LPS meminta agar bank harus mengantisipasi perubahan perilaku deposan akibat kehadiran layanan keuangan digital yang dapat mempengaruhi peta persaingan antarbank.
LPS mencatat penyaluran kredit terus melanjutkan tren positif hingga tumbuh 6,33 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Februari 2022.
“Permintaan kredit terus mengalami perbaikan sejalan dengan meningkatnya aktivitas korporasi dan rumah tangga,” ungkapnya.
Pada saat yang sama, lanjut LPS, meningkatnya aktivitas usaha mendorong pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) cenderung tumbuh melambat menjadi 11,11 persen yoy pada Februari 2022.
Secara keseluruhan, kondisi likuiditas perbankan terpantau masih longgar diindikasikan dari rasio LDR yang berada pada level 77,55 persen, AL/NCD 147,33 persen, dan AL/DPK 32,72 persen sedikit menurun dibandingkan bulan sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel