Jumlah ATM Rp20.000 Diprediksi Menciut, Pecahan Rp50.000 Menyusul?

Bisnis.com,06 Mei 2022, 08:30 WIB
Penulis: Leo Dwi Jatmiko
Ilustrasi ATM Link /Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Mesin anjungan tunai mandiri (ATM) pecahan Rp20.000 diprediksi terus berkurang seiring dengan perubahan perilaku masyarakat yang makin gemar bertransaksi dengan menggunakan digital.

Tidak hanya pecahan Rp20.000, perubahan perilaku diperkirakan akan menggerus jumlah tarik tunai di mesin ATM untuk semua pecahan.

Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan dari sisi perbankan, pasokan - permintaan terhadap pecahan Rp20.000 saat ini sudah makin sedikit. Masyarakat saat ini cenderung menggunakan digital untuk bertransaksi.

Perbankan, lanjut dia, secara bertahap dapat mulai menurunkan jumlah mesin ATM pecahan Rp20.000 yang dioperasikan.

“Regulator [Bank Indonesia] sendiri melihat untuk menyediakan uang pecahan Rp20.000 itu sekarang ini makin tidak perlu,” ujarnya seperti dikutip, Jumat (6/5/2022).

Selain itu, transaksi yang terjadi saat ini juga banyak yang sudah di atas Rp20.000, yang membuat keberadaan mesin ATM dengan pecahan tersebut tidak terlalu penting lagi. Amin menilai sekarang sudah saatnya perbankan mulai mengurangi mesin ATM dengan pecahan Rp20.000, terlebih dengan kemajuan teknologi seperti saat ini.

“Tidak hanya yang Rp20.000, tetapi juga yang Rp50.000 dan Rp100.000 mungkin ke depan menjadi sesuatu yang discontinue,” kata Amin.

Amin menjelaskan bahwa jika melihat peta jalan pengaturan sistem pembayaran dan pengeluaran uang hingga 2025 maka mesin ATM akan tergantikan oleh transaksi melalui kanal digital. Beberapa ATM di kota-kota besar, yang secara infrastruktur dan adopsi digital sudah matang, mesin ATM akan ditinggalkan.

“Namun, untuk di daerah kemungkinan masih butuh waktu hingga 5 tahun ke depan. Saat waktu itu tiba. Semua mesin ATM transaksinya akan terbatas untuk cash,” imbuh dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: M. Nurhadi Pratomo
Terkini