Bisnis.com, JAKARTA — Kredit korporasi PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BBNI berakselerasi kencang pada awal tahun ini. Penyaluran kepada perusahaan swasta tumbuh 9,9 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp193,2 triliun, di mana pada tahun lalu hanya naik 2,1 persen yoy.
Corporate Secretary BNI Mucharom menyampaikan pertumbuhan kredit BNI tahun ini masih sesuai target awal tahun.
Mucharom mengatakan beberapa nasabah top tier sudah mulai menunjukkan perbaikan kinerja seperti infrastruktur, listrik dan gas, pergudangan dan digital. Hal ini juga sejalan dengan penurunan restrukturisasi kredit sehingga membantu BNI untuk dapat melakukan ekspansi lebih berkualitas.
"Kami akan tetap dengan target awal kami di high single digit. Kami lihat potensi pertumbuhan tinggi sejak awal tahun ini, sehingga kami cukup percaya diri,” ujar Mucharom dalam siaran pers, Kamis (5/5/2022)
Secara keseluruhan, kredit di sektor business banking BNI tumbuh 4,8 secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp489,3 triliun pada kuartal I/2022, dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp466,9 triliun.
Tak hanya korporasi swasta, pada bulan pertama di tahun 2022, segmen large commercial juga mengalami pertumbuhan signifikan, atau sebesar 24,5 persen yoy, dari Rp27 triliun menjadi Rp46,1 triliun. Pertumbuhan kredit juga terjadi pada segmen UMKM yang tumbuh 11,8 persen yoy, dari Rp87,7 triliun menjadi Rp98 triliun pada Maret 2022.
Dari sisi sektor, BNI mencatat manufaktur menjadi tulang punggung kinerja pada kuartal I/2022 dengan pertumbuhan 10,1 persen yoy, dari Rp111,3 triliun menjadi Rp122,6 triliun. Sektor manufaktur pun memiliki komposisi sebanyak 25 persen dari total business banking BNI.
Kemudian, sektor perdagangan, restoran, dan hotel menjadi kontributor kedua dengan komposisi 21,2 persen dari total business banking. Sektor ini naik 8,2 persen yoy, dari Rp95,9 triliun menjadi Rp103,8 triliun pada kuartal I/2022.
Lalu, pertanian di posisi ketiga dengan komposisi sebesar 12,1 persen dari total business banking. Namun, sektor ini mengalami penurunan sebesar 2,1 persen yoy dari Rp60,4 triliun menjadi Rp59,2 triliun.
Selanjutnya, layanan bisnis juga turun 3,4 persen yoy menjadi Rp42,8 triliun, dari periode yang sama tahun 2021 sebesar Rp44,3 triliun. Meski demikian, sektor ini memiliki komposisi 8,8 persen dari total business banking BNI.
Kemudian, sektor konstruksi mengalami kenaikan sebesar 8,1 persen yoy dari Rp49,8 triliun menjadi Rp53,9 triliun dengan komposisi 11 persen dari total business banking. Ada pula transportasi, gudang dan komunikasi yang naik 6,9 persen yoy dari Rp41 triliun menjadi Rp43,8 triliun dengan kontribusi 9 persen dari total kredit business banking.
Layanan sosial juga tumbuh 9,9 persen yoy dari Rp21,2 triliun menjadi Rp23,2 triliun dengan komposisi 4,8 persen. Sementara itu, pertambangan mengalami penurunan 15,1 persen yoy dari Rp17,9 triliun menjadi Rp15,2 triliun dengan komposisi sebanyak 3,1 persen dari total kredit business banking.
Berikutnya, listrik, gas, dan air tumbuh 1,7 persen yoy dari 22,2 triliun menjadi Rp22,5 triliun dengan komposisi 4,6 persen. Terakhir, sektor lainnya turun 21,6 persen dari Rp2,9 triliun menjadi Rp2,3 triliun dengan komposisi pertumbuhan pada business banking sebesar 0,5 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel