Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) menekan rugi bersih ke angka Rp417 miliar pada kuartal I/2022 berkat membaiknya sejumlah indikator keuangan. Pada 2021, BBYB mencatatkan rugi bersih senilai Rp986 miliar.
Tjandra Gunawan, Direktur Utama Bank Neo Commerce, mengatakan melihat pertumbuhan kinerja BBYB yang positif, fundamental perseroan yang semakin sehat dan juga strategic response yang tepat diiringi dengan manajemen risiko yang baik dalam menghadapi ketidakpastian kondisi perekonomian global, BBYB optimistis kinerja tahun ini dapat melampaui kinerja tahun sebelumnya.
“Kami akan memanfaatkan momentum pertumbuhan tahun lalu sebagai pelecut semangat kami pada tahun berjalan ini untuk semakin baik dalam mengembangkan bisnis perseroan. Seiring dengan semakin baiknya efisiensi kinerja operasional Perseroan, kami yakin BNC dapat terus mengoptimalkan kinerjanya di tahun ini,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (9/5/2022).
Tjandra menjelaskan aplikasi BBYB telah mendapatkan lebih dari 16 juta registered user dengan monthly active user 3 juta perbulan (MAU). Stabilnya jumlah MAU ini sejalan dengan terjadinya peningkatan volume transaksi yang signifikan sebesar 88 persen menjadi 76 juta transaksi dibandingkan kuartal sebelumnya.
Kinerja positif Bank Neo Commerce pada awal tahun 2022 ditunjukkan dengan berhasilnya perusahaan mencatatkan kenaikan net interest income (NII) yang naik sekitar 214,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2021 atau naik dari Rp 63 miliar menjadi Rp 198 miliar pada kuartal I/2022.
Kenaikan juga terlihat untuk pendapatan yakni sebesar Rp448 miliar pada kuartal I/2022 atau naik sekitar 204,8 persen dari periode sebelumnya yang sebesar Rp147 miliar.
Jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya NII pada kuartal I/2022 mengalami kenaikan 167,1 persen dari Rp 74 miliar menjadi Rp 198 miliar. Adapun, pendapatan juga mengalami kenaikan sebesar 85,6 persen dari kuartal sebelumnya yakni dari Rp 241,4 miliar menjadi Rp 448 miliar pada kuartal I/2022.
Tjandra menjelaskan kenaikan pendapatan diikuti juga dengan penurunan beban operasional, sehingga pada kuartal I/2022, Bank Neo Commerce mencatatkan kerugian bersih yang cenderung menurun.
“Masing-masing sebesar Rp163 miliar pada Januari, turun menjadi Rp150 miliar pada Februari, dan Rp100 miliar pada Maret 2022, sehingga total kerugian pada kuartal I/2022 sebesar Rp 413 miliar,” katanya.
Untuk penghimpunan dana, BBYB mampu mengerek Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 121,4 persen (yoy) atau dari Rp 4,2 triliun pada kuartal I/ 2021 menjadi Rp9,3 triliun pada kuartal I/2022.
Pertumbuhan juga terlihat pada total aset Bank Neo Commerce yang naik sebesar 119,3 persen pada kuartal I/2022 yakni dari Rp 5,7 triliun pada kuartal I/2021 menjadi Rp 12,5 triliun.
Untuk kredit, BBYB berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp4,8 triliun pada kuartal I/2022. Salah satu kontribusi penyaluran kredit berasal dari produk digital lending yang dirilis pada November 2021.
Sejak diluncurkan, sampai dengan akhir kuartal I/2022 secara kumulatif pencairannya sudah melebihi Rp1,6 triliun. Rasio NPL gross BBYB juga menunjukkan perbaikan dari level 4,4 persen pada kuartal I/2021 menjadi 1,7 persen pada kuartal I/2022.
Tjandra menuturkan pada tahun 2022, BBYB secara terus menerus berusaha memenuhi kebutuhan nasabahnya, antara lain di bidang investasi dengan memperkenalkan product wealth management, seperti reksa dana, saham, asuransi, emas, dan produk lainnya.
Adapun, pada tahun 2021, Bank Neo Commerce mencatatkan kerugian bersih Rp 986 miliar. Kerugian itu dipengaruhi oleh investasi perseroan untuk memperkenalkan dan mengedukasi masyarakat tentang bank digital, serta membangun fundamental bisnis melalui investasi teknologi, sumber daya manusia, dan keamanan digital di tahun pertamanya beroperasi di tengah-tengah masyarakat.
“Bank Neo Commerce melihat tahun 2021 sebagai tahun investasi yang menjadi pijakan awal untuk dapat melakukan akselerasi di tahun-tahun berikutnya,” tambah Tjandra.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel