Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia diperkirakan tidak akan serta merta menaikkan suku bunga, meskipun tingkat inflasi inti menunjukkan kenaikan signifikan.
Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi inti pada April mencapai 2,6% (year-on-year/yoy), rekor tertinggi sejak Mei 2020.
Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) Andry Asmoro mengungkapkan Bank Indonesia (BI) tidak akan menaikkan suku bunganya. Dia memperkirakan BI kemungkinan baru akan melakukan penyesuaian suku bunga di akhir kuartal III atau kuartal IV.
"View kita di RDG bulan ini BI masih akan hold benchmark rate-nya. Mungkin baru di kuartal III akhir kemungkinan BI naikkin suku bunga acuannya," tegas Andry kepada Bisnis, Rabu (11/5/2022).
Menurutnya, target BI yang selalu disampaikan sudah jelas, yaitu inflasi inti.
Artinya sepanjang core masih aman-aman aja BI masih akan nahan suku bunganya. "Kalau secara historis core tidak banyak berubah, bahkan pas BBM naik," katanya.
Namun, jika harga gas dan Pertalite mengalami penyesuaian di bulan Juni atau September, Andry mengungkapkan ada risiko inflasi tahunan bisa mencapai 4,6 persen tahun ini.
Selain inflasi, BI juga melihat bahwa tingkat suku bunga acuan saat ini masih dibutuhkan untuk menopang pertumbuhan.
Dalam RDG bulan April lalu, Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan bahwa arah kebijakan suku bunga salah satunya akan ditentukan oleh perkembangan inflasi.
Namun, kebijakan moneter tidak langsung merespons dampak langsung dari administered prices.
"Yang kami respons adalah second round yang akan terefleksi ke kenaikan harga yang masuk ke inflasi inti. Itu yang akan kami respons," tegas Perry. Jika BI harus memberikan respons, Perry mengungkapkan respons yang dilakukan beragam, bisa kenaikan GWM (Giro Wajib Minimum) atau kenaikan suku bunga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel