Kadin Jatim Menilai Ada Momentum Memacu Produksi

Bisnis.com,11 Mei 2022, 13:10 WIB
Penulis: Peni Widarti
Perajin menyelesaikan pembuatan tenun sarung di industri rumahan, Desa Wedani, Gresik, Jawa Timur, Senin (9/5/2022). Kerajinan tenun yang diproduksi menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBN) tersebut dijual dengan harga Rp200 ribu hingga Rp1 juta tergantung motif dan dipasarkan ke beberapa daerah seperti Surabaya, Madura, Jember hingga Brunei Darussalam./Antara-Rizal Hanafi.

Bisnis.com, SURABAYA - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur menilai pertumbuhan ekonomi Jatim pada kuartal I/2022 mencapai 5,2 persen akan menjadi sinyal yang baik untuk memacu kinerja produksi di berbagai sektor khususnya industri.

Ketua Kadin Jatim, Adik Dwi Putranto mengatakan pertumbuhan ekonomi yang diraih Jatim di awal tahun ini merupakan keberhasilan dalam upaya pemulihan ekonomi nasional pasca pandemi Covid-19.

“Ini menjadi sinyalemen baik bagi kita bersama, bahwa pandemi sudah terlewati dan kita bisa kembali memacu semua sektor bisnis, industri hingga pendidikan,” katanya, Rabu (11/5/2022).

Dia mengatakan sejumlah sektor sepanjang kuartal I/2022 memang sudah mulai mengalami peningkatan kinerja, tetapi memang belum maksimal terutama untuk sektor industri pengolahan, manufaktur dan perdagangan.

“Kapasitas produksi yang terpakai saat ini rata-rata masih sekitar 80 persen, jadi ini masih bisa dipacu lagi agar target pertumbuhan ekonomi 5,8 persen bisa dicapai sampai akhir tahun,” ujarnya.

Selain itu, lanjutnya, di sektor pariwisata juga perlu digenjot mengingat sektor ini memiliki multiplayer effect yang panjang dari investasi tempat wisata, akomodasi/hotel hingga UMKM kuliner dan suvenir.

“Pada momen Lebaran tahun ini, sektor pariwisata dan turunannya cukup bergeliat karena selama dua tahun ini orang tidak bisa mudik dan menikmati liburan. Tahun ini bisa menjadi kebangkitan ekonomi di sektor ini,” imbuhnya.

Selain itu, lanjut Adik, untuk menjaga laju pertumbuhan ekonomi agar sesuai target maka perlu memperkuat kolaborasi dan koordinasi kebijakan guna menjaga stabilitas makro ekonomi dan mendorong momentum pemulihan ekonomi nasional.

“Selain itu kita juga harus mampu meminimalisir dampak kebijakan global  yang mengakibatkan kenaikan harga komoditas dunia terhadap inflasi dan daya beli masyarakat, menjaga ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi, terutama menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) serta memperkuat koordinasi pemerintah pusat dan daerah dalam pengendalian inflasi,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Miftahul Ulum
Terkini