Bisnis.com, JAKARTA - Memasuki tahun kedua setelah dicaplok The Korea Development Bank (KDB), perusahaan pembiayaan PT KDB Tifa Finance Tbk. (TIFA) tercatat mampu memperbaiki hampir semua kinerja keuangannya.
Sebagai informasi, KDB mulai masuk menjadi pengendali TIFA sejak September 2020 dengan mengambil 80,65 persen kepemilikan pemegang saham lama. Lewat serangkaian aksi korporasi, kini KDB memegang kepemilikan 84,64 persen saham TIFA.
Berdasarkan laporan keuangan TIFA kuartal I/2022, aset perusahaan tercatat naik tipis menjadi Rp1,4 triliun dari Rp1,39 triliun pada tutup buku 2021. Namun, pertumbuhan ini terbilang cukup signifikan menilik sebelum disuntik modal jumbo KDB pada periode 2020, TIFA mencatatkan total aset Rp1,1 triliun.
Tifa sendiri menyasar segmen konstruksi, perindustrian, dan pengangkutan logistik sebagai tumpuan. Bisnis utama TIFA didominasi oleh sewa pembiayaan dan jual-sewa pada segmen korporasi yang membutuhkan alat berat, tanah/bangunan, mesin, dan kendaraan komersial, maupun untuk pembiayaan investasi maupun modal kerja. Pembiayaan alat berat dan mesin mengambil porsi terbesar dalam portofolio.
Dalam bisnisnya ini sepenjang tahun berjalan perusahaan menumbuhkan piutang sewa pembiayaan dari Rp856 miliar pada akhir 2021 menjadi Rp888,59 miliar pada Maret 2022. Pembiayaan konsumen ritel hanya menyumbang porsi kecil buat TIFA, namun piutang pembiayaan multiguna juga naik cukup signifikan dari Rp17,41 miliar pada akhir 2021 menjadi Rp24,99 miliar pada Maret 2022.
Dari sisi kinerja keuangan, laba TIFA per Maret 2022 menjadi Rp12,88 miliar, naik 70,6 persen (year-on-year/yoy) dari sebelumnya Rp7,54 miliar pada kuartal I/2021.
Hal ini ditopang kenaikan pendapatan dari Rp28,98 miliar pada kuartal I/2021 menjadi Rp33,16 miliar pada kuartal I/2022, sementara total beban menipis dari Rp20,35 miliar menjadi Rp17,24 miliar.
Sebagai perbandingan, kinerja laba TIFA sepanjang tahun lalu juga naik di kisaran 70 persen (yoy) menjadi Rp26,73 miliar dari sebelumnya hanya Rp14,88 miliar buat kinerja sepanjang 2020.
Strategi mulai lebih ekspansif mulai terbaca sejak akhir tahun lalu, di mana TIFA juga baru mendapatkan modal jumbo lewat rights issue, penawaran umum terbatas (PUT) I dengan total emisi Rp642,8 miliar yang diserap penuh oleh para pemegang saham, termasuk KDB.
Ketika itu, Presiden Direktur TIFA Kim Kang Soo menjelaskan bahwa masuknya modal modal skala besar tersebut, tidak hanya memungkinkan kami untuk mengurangi pinjaman dan biaya bank, tetapi juga untuk memberikan dukungan keuangan yang memadai kepada pelanggan yang berkualitas.
Sebab, fokus pada pelanggan yang berkualitas menurutnya merupakan kunci mengarungi periode 2022, di mana perusahaan akan menghadapi ketatnya persaingan industri pembiayaan di sektor produktif yang semakin ketat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel