Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Fintech Pendanaan bersama Indonesia (AFPI) bersama dengan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Bali menggelar business matching bagi para pelaku UMKM di Bali.
Agenda bertajuk Business Matching & Exploration Session di Courtyard by Marriott Bali Nusa Dua Resort ini diharapkan dapat membuka wawasan UMKM tentang peran dan produk P2P lending, serta memastikan status legalitas platform yang aman untuk dijadikan mitra.
Kolaborasi ini merupakan salah satu inisiatif AFPI untuk berperan aktif dalam kegiatan G20 sebagai salah satu rangkaian side event G20, selain menjalankan fungsi pengaturan dan pengawasan para penyelenggara teknologi finansial pendanaan bersama (P2P lending).
Ketua Umum AFPI sekaligus Co-Founder & CEO Investree Adrian Gunadi menjelaskan bahwa agenda ini diharapkan terus mendorong para platform tekfin anggota AFPI ini berperan dalam pemulihan ekonomi, khususnya di provinsi Bali.
"Acara ini juga menjadi salah satu bentuk komitmen konkrit AFPI untuk mendorong literasi dan inklusi keuangan digital bagi UMKM, khususnya menjadi wadah untuk menjawab kebutuhan akses alternatif modal kerja maupun pendanaan demi scale-up bisnis seluruh jajaran anggota HIPMI Bali yang masih pengusaha muda," ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (11/5/2022).
Sementara itu, Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan (PKSK) Adi Budiarso mengaku bangga dengan AFPI karena kegiatan ini menegaskan kerja sama antara AFPI dan pemerintah untuk mewujudkan visi Indonesia sebagai Financial Sector Tahun 2045.
"Salah satunya melalui peran fintech dengan harapan pertemuan regulator, daerah, dan pelaku bisnis bisa bersinergi mendorong literasi, inklusi, dan pendalaman sektor keuangan. Khususnya dalam pemberdayaan perempuan, anak muda, digitalisasi bisnis bagi pembangunan inklusif dan sustainable," jelasnya.
Menurutnya, UMKM merupakan pilar terpenting dalam perekonomian Indonesia dengan jumlah 64,19 juta entitas. Di mana komposisi usaha mikro dan kecil sangat dominan yakni 64,13 juta atau sekitar 99,92 persen dari keseluruhan.
Data pun menyebutkan sekitar 46,6 juta UMKM belum memiliki akses kredit, hal ini merupakan tantangan sekaligus peluang besar terhadap industri teknologi informasi (tekfin) pendanaan bersama untuk mengisi gap kebutuhan kredit tersebut.
Fokus para platform anggota AFPI untuk pemberdayaan UMKM pun menjadi relevan, lantaran besarnya kontribusi terhadap perekonomian nasional. Sebab, data teranyar menyatakan sumbangsih UMKM mencapai 61,07 persen untuk PDB dan 97 persen untuk pembukaan lapangan kerja.
Ketua Umum BPD HIPMI Bali Agus Pande Widura juga menambahkan, saat ini anggota HIPMI Bali secara keseluruhan sudah mencapai 700 pengusaha yang tersebar di seluruh Indonesia dengan berbagai macam bidang usaha seperti F&B, fesyen, startup teknologi, properti, kerajinan tangan, dan yang lainnya.
Sekadar informasi, saat ini terdapat 102 penyelenggara tekfin pendanaan bersama yang telah berizin OJK dan merupakan anggota AFPI, yang terbagi dalam tiga klaster pembiayaan, yaitu produktif, multiguna, dan syariah.
Data statistik OJK menunjukkan, industri fintech lending secara konsisten berkontribusi menyalurkan pinjaman kepada pengguna hingga Rp343,86 triliun per Maret 2022 dengan rerata pendanaan untuk UMKM dalam setahun terakhir (sektor produktif) sebesar 56,5 persen dari total jumlah pendanaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel