Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pembiayaan PT Fuji Finance Indonesia Tbk. (FUJI) masih akan fokus mengembangkan layanan bridging financing untuk mempertahankan tren pertumbuhan kinerja laba signifikan di periode 2022.
Direktur Utama Fuji Finance Anita Marta mengungkap bahwa strategi ini seiring dengan tren pemulihan ekonomi nasional yang membuat korporasi butuh banyak suntikan pendanaan, termasuk yang bersifat pembiayaan antara alias jangka pendek.
"Kami berencana memanfaatkan peluang besarnya kebutuhan dana korporasi di era normal baru, di mana salah satunya lewat melakukan bridging financing untuk kebutuhan modal kerja," ujarnya dalam public expose kinerja FUJI 2021 yang terselenggara virtual, Kamis (12/5/2022).
Selain memperkuat produk bridging loan, pada tahun ini FUJI juga berupaya memperbesar pembiayaan ke sektor-sektor yang berhubungan dengan energi hijau, serta fokus pada menjaga kestabilan kinerja.
"Pembiayaan energi hijau ini terutama untuk kegiatan-kegiatan terkait PLTS [Pembangkit Listrik Tenaga Surya] dan solar panel. Kegiatan-kegiatan terkait energi hijau lainnya belum ada rencana untuk tahun ini," tambahnya.
Adapun, strategi menggenjot produk bridging loan telah berhasil membawa kinerja keuangan FUJI moncer pada periode lalu. Laba sebelum pajak mencapai Rp11,09 miliar, naik 100,9 persen (year-on-year/yoy) alias dua kali lipat ketimbang periode 2020 senilai Rp5,52 miliar, dan sudah lebih baik ketimbang periode 2019.
Total aset FUJI juga secara konsisten naik dari Rp136,69 miliar pada 2019 menjadi Rp141,32 miliar pada 2020, kemudian Rp153,71 miliar pada akhir 2021. Terkini, pada akhir kuartal I/2022, aset FUJI terus naik ke Rp154,2 miliar.
Pertumbuhan aset ini ditopang piutang pembiayaan yang juga terus naik, dari Rp76,5 miliar pada 2020 menjadi Rp81,48 miliar pada 2021, dan saat ini mencapai Rp88,97 miliar pada kuartal I/2022.
Namun demikian, pada kuartal I/2022 ini laba sebelum pajak yang bisa digenggam FUJI tampak seret dengan hanya dibukukan Rp2,4 miliar, turun dari capaian Rp5,95 miliar sepanjang kuartal I/2021.
Hal ini disebabkan pendapatan lain-lain FUJI turun drastis, seperti pendapatan provisi dan keuntungan dari selisih kurs. Padahal pendapatan dari kegiatan pembiayaan konsumen naik dari Rp2,29 miliar menjadi Rp3,16 miliar.
Sebagai informasi, FUJI lahir sejak 1982, saat itu bernama Jaya Fajar Leasing Pratama. Kedekatan FUJI dengan dunia engineering merupakan buah dari akuisisi perusahaan bidang energi, kelistrikan, dan telekomunikasi pada 2017, yaitu OKANSA Group yang juga terafiliasi dengan emiten PT Protech Mitra Perkasa Tbk. (OASA). FUJI menggelar penawaran perdana saham (IPO) pada akhir 2019.
Saat ini pemegang saham FUJI terdiri dari PT Charnic Capital Tbk. (NICK) dengan 28,86 persen, Indovalue Capital Asset (61,8 persen) dan masyarakat (10,06 persen). Dalam prospektus IPO perusahaan, Indovalue dimiliki sepenuhnya oleh Ong Kee Hua dan NICK dimiiliki oleh Anthon Santoso dan Nicholas Santoso.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel