Bisnis.com, JAKARTA - Upaya sejumlah manufaktur dalam meningkatkan produksi untuk memenuhi permintaan masyarakat selama momen Ramadan dan Lebaran 2022 berdampak terhadap penyaluran kredit di sektor ini.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai masifnya penyaluran kredit ke sektor manufaktur pada kuartal I/2022 tidak terlepas dari dampak Ramadan dan Idulfitri 1443 H.
Sejumlah manufaktur, khususnya makanan dan minuman, membutuhkan bahan baku untuk memenuhi permintaan selama dua momentum besar tersebut.
“Sektor manufaktur juga menarik tenaga kerja baru untuk meningkatkan produksi selama Ramadan dan Lebaran 2022, sehingga mereka membutuhkan pinjaman modal kerja dan investasi lebih besar kepada perbankan,” kata Bhima, Rabu (11/5).
Selain itu, lanjut Bhima, manufaktur otomotif juga terdampak oleh pelonggaran mobilitas yang membuat permintaan kredit untuk segmen manufaktur otomotif meningkat.
Kemudian untuk risiko non performing loan (NPL), kata Bhima, dibandingkan dengan 2 tahun lalu, saat ini masih cenderung lebih baik. Dengan kondisi tersebut, dia memprediksi bahwa penyaluran kredit korporasi perbankan di sektor manufaktur masih akan gencar pada kuartal II/2022.
“Selain manufaktur, menurut saya ada peningkatan permintaan kredit untuk produk yang basisnya komoditas, perkebunan, pertambangan, konstruksi, dan akomodasi itu juga mulai menunjukkan adanya perbaikan,” kata Bhima.
Kemudian untuk sektor konsumsi, lanjutnya, yang tertinggi pada kuartal II/2022 adalah kredit pemilikan rumah (KPR), yang saat ini sedang bangkit.
Bhima mengatakan yang perlu menjadi perhatian ke depan adalah inflasi indeks harga perdagangan besar yang mencapai 9 persen pada kuartal I/2022. Artinya produsen sebenarnya dalam kondisi yang terjepit juga. Bahan baku material sedang naik
“Apalagi lockdown di China itu juga memengaruhi distribusi barang,” kata Bhima.
Selain itu tantangan lainnya ke depan adalah inflasi di luar negeri yang lebih tinggi bisa memicu kenaikkan suku bunga, yang ujungnya berdampak pada biaya ekspansi perbankan.
Perlambatan ekonomi yang masih terjadi di sejumlah negara, akan berdampak juga pada penyaluran pinjaman yang berkaitan dengan perdagangan dan keuangan.
“Serta industri manufaktur yang berorientasi pada ekspor,” kata Bhima.
Sebelumnya, berdasarkan data yang dihimpun Bisnis Indonesia, diketahui PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. menyalurkan kredit sebesar Rp122,6 triliun, tumbuh 10,1 persen year on year/yoy. Sektor manufaktur menguasai 25 persen dari total kredit business banking yang disalurkan oleh BNI.
Dari sisi NPL, posisi NPL sektor manufaktur di BNI adalah 4,9 persen. Sementara itu, PT Bank Centra Asia Tbk. (BCA) mencatat porsi pembiayaan untuk sektor manufaktur sebesar 23,5 persen dari total pembiayaan. Non performing loan (NPL) untuk sektor manufaktur di BCA mencapai 4,4 persen.
Adapun PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. mencatat dari total kredit korporasi sebesar Rp177,6 triliun, diketahui sebanyak 23,9 persen (Rp42,44 triliun) disalurkan ke segmen industri manufaktur.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. mengungkapkan dalam laporannya bahwa sektor manufaktur makanan dan minuman (Mamin) menempati urutan pertama sebagai sektor dengan pertumbuhan kredit terbesar. Pertumbuhan kredit di sektor manufaktur mamin mencapai Rp6,2 triliun secara tahunan atau tumbuh 22 persen year on year/yoy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel