Dampak Penyakit Mulut dan Kuku, Stok Sapi Potong di Surabaya Mulai Langka

Bisnis.com,15 Mei 2022, 14:09 WIB
Penulis: Peni Widarti
Ilustrasi sapi

Bisnis.com, SURABAYA – Paguyuban Pedagang Sapi dan Daging Segar (PPDS) Jawa Timur menyebutkan saat ini para pelaku usaha daging sapi atau jagal di Kota Surabaya sudah mulai kesulitan mendapatkan stok sapi potong akibat wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).

Ketua PPDS Jatim Muthowif mengatakan sulitnya mendapatkan sapi siap potong ini lantaran adanya kebijakan penutupan pasar hewan tradisional, serta ada pembatasan sapi yang keluar di sentra sapi siap potong.

“Lalu jika ada sapi yang keluar dari kabupaten/kota, para jagal juga dituntut melampirkan dokumen seperti Surat Keterangan Kesehatan Hewan [SKKH] dari Dinas terkait kota/kabupaten,” ujarnya, Minggu (15/5/2022).

Dia mengatakan kebijakan pemerintah tersebut sebenarnya bagus dalam rangka mengurangi penyebaran wabah PMK yang sedang terjadi di Jawa Timur. 

“Tapi kebijakan ini berdampak terhadap kelangkaan stok sapi siap potong, wong tidak ada wabah PMK saja para jagal juga sudah merasa kesulitan mendapatkan sapi siap potong, apalagi ada wabah lebih kesulitan lagi,” ujarnya.

Menurut Muthowif, jika para jagal terus menerus kesulitan mendapatkan sapi siap potong di pasar tradisional, maka tidak menutup kemungkinan bisa berdampak pada terjadinya kenaikan harga sapi siap potong dan daging sapi segar di konsumen.

“Kalau harga sapi siap potongnya mahal, otomatis jagal akan menaikkan harga daging segarnya. Dan kalau ini terus terjadi, saya khawatir jagal akan mogok dan tidak jualan daging di pasar tradisional seperti yang pernah terjadi pada akhir 2012 dulu,” ujarnya.

Muthowif menambahkan PPDS Jatim berencana untuk mengadakan rapat koordinasi dengan para anggotanya untuk mempertemukan pemahaman dan langkah-langkha strategis.

“Jika yang terbaik pagi anggota kami adalah mogok, maka itu yang akan kami lakukan,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Amanda Kusumawardhani
Terkini