MTI Evaluasi Mudik Lebaran 2022, Rest Area Jadi Sorotan

Bisnis.com,16 Mei 2022, 14:53 WIB
Penulis: Dany Saputra
Sejumlah kendaraan terjebak kemacetan di Jalan Raya Kalimalang, Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (7/5/2022). Ruas jalan arteri Kalimalang arah Bekasi terpantau mengalami kepadatan kendaraan hingga sekitar empat kilometer imbas dari diberlakukannya sistem satu jalur (one way) di Tol Jakarta-Cikampek./Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) mengevaluasi pelaksanaan mudik Lebaran 2022. Selama arus mudik dan balik, MTI mengidentifikasi bahwa sejumlah faktor masih memicu kemacetan panjang seperti antrean di rest area.

MTI merinci penyebab kemacetan yang diidentifikasi sebagian besar merupakan permasalahan lama yang belum kunjung terselesaikan. Apalagi, animo mudik masyarakat sangat tinggi setelah dua tahun dilarang karena alasan pandemi Covid-19.

Pertama, periode arus balik yang lebih singkat tetapi volume lalu lintas lebih besar. Ketua MTI Jawa Tengah Bagus Hario mengatakan bahwa volume lalu lintas menjadi lebih besar karena adanya perpaduan pergerakan yang masif dari Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur dalam waktu yang sama.

Kedua, antrean di pintu tol karena pengendara lupa mengisi saldo elektronik atau e-money, serta adanya masalah pada card-reader. Ketiga, pemudik di jalan tol yang tidak tertib sehingga menyebabkan kecelakaan.  

Keempat, antrean masuk rest area dan aktivitas parkir di tepi tol yang mengganggu kelancaran masuk tol. Berdasarkan pengalaman pribadinya, Bagus mencontohkan banyak pemudik yang mengantre untuk melihat skybridge di rest area KM 458 Tol Semarang-Solo. Akibatnya, lalu lintas menjadi padat karena antrean pemudik yang masuk ke area tersebut.

"Kecepatan [melintas di jalan tol] menjadi berkurang. Jadi dari Semarang sampai Boyolali saya biasanya tidak pernah kurang dari 60 km per jam, tapi mendekati rest area itu pada waktu buka puasa jadinya macet," jelasnya pada acara Dialog Publik MTI Evaluasi Angkutan Lebaran 2022/1443 H, Minggu (15/5/2022).

Sementara itu, kemacetan juga terjadi di jalan non-tol akibat ketidaksanggupan menampung arus lalu lintas tinggi pada waktu yang singkat. Selain itu, khususnya pada saat arus balik, kemacetan di jalan non-tol disebabkan pleh percampuran dengan lalu lintas lokal.

Bagus juga menilai jalan non-tol kurang disiapkan secara matang untuk menjadi solusi permasalahan di jalan tol. Akibatnya, kedua jalan atau jalur sama-sama mengalami kemacetan saat volume pergerakan tinggi.

Di samping itu, Bagus menjelaskan bahwa ada penyumbang kemacetan lain bagi lalu lintas selain arus mudik yakni kegiatan wisata pada jaringan jalan lokal. Pada wilayah Jawa Tengah, kemacetan akibat kegiatan wisata banyak disumbangkan dari wilayah Kota Semarang, Kabupaten Magelang, dan Kabupaten Banyumas.

Agar hal yang sama tak terulang kembali ke depannya, Bagus mengusulkan tiga hal yang bisa dilakukan oleh pemerintah. Pertama, penambahan rest area di luar jalan tol dengan bekerja sama dengan pemerintah daerah.

Kedua, sosialisasi mudik yang dilakukan lebih awal. Ketiga, mendorong masyarakat untuk menggunakan angkutan umum dengan memberikan tawaran yang lebih baik.

Keempat, mempercepat multi-lane free flow (MLFF) pada pintu tol sehingga bisa mengurangi antrean di pintu tol.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Amanda Kusumawardhani
Terkini