Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BBNI resmi membentuk modal ventura. Venture capital yang bernama PT BNI Modal Ventura. Perusahaan tersebut mendapat modal awal dari induk senilai Rp500 miliar pada 12 Mei 2022.
Bisnis yang sama sebelumnya juga dilakukan oleh sejumlah bank BUMN lain seperti Bank Mandiri (BMRI). Merujuk pada laporan presentasi korporasi kuartal I/2022 Bank BUMN, kontribusi pendapatan yang disumbangkan oleh perusahaan modal ventura melandai dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Kendati demikian, perusahaan tersebut memberikan kontribusi pada proses digitalisasi masing-masing bank BUMN.
Kontribusi laba yang disumbangkan Mandiri Capital Indonesia misalnya, menurun menjadi Rp12 miliar dari sebelumnya Rp24 miliar.
Sementara itu, persentase laba yang dikontribusikan BRI Ventures kepada induk juga mengalami penurunan dari 7 persen pada kuartal I/2021 menjadi 4 persen pada kuartal I/2022.
Akan tetapi, keberadaan modal ventura membuat ekspansi lebih dinamis. Laporan keuangan Bank Mandiri, pada 2021 mencatat melalui Mandiri Capital Indonesia perusahaan berkode saham BMRI itu memiliki saham sebesar 15,88 persen atau setara Rp1,69 triliun di perusahaan finansial teknologi PT Fintek Karya Nusantara atau LinkAja.
Selain di LinkAja, Mandiri Capital juga memiliki saham di beberapa perusahaan rintisan antara lain Iseller (13,35%), Privy Id (9,85%), Amartha Mikro Fintek (9,10%), Cashlez (8,25%), Sleekr (4,74%, Koinworks (3,05%) Investree (2,34%), dan Bukalapak (0,07%).
CEO Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro menjelaskan investasi yang digelontorkan perusahaan ke perusahaan rintisan melahirkan sebuah sinergi antara Bank Mandiri dengan startup.
Salah satu bentuk sinerginya, lanjut Eddi, adalah penyaluran pinjaman (loan channeling) yang Bank Mandiri jalankan dengan Amartha, Crowde dan Investree kepada masing-masing pengguna ketiga aplikasi tersebut. Mandiri memiliki jangkauan yang lebih luas dalam menyalurkan pinjaman dengan sinergi yang terjalin.
“Sinergi tersebut meningkatkan jumlah pencairan pinjaman (loan disbursement),” kata Eddi.
Contoh sinergi selanjutnya, kata Eddi, adalah penggunaan tanda tangan digital PrivyID untuk onboarding nasabah dan debitur baru. Dengan tanda digital., masyarakat dapat memproses dokumen di manapun dan kapanpun.
Ada juga fitur sistem manajemen pesanan (order management system) dari iSeller sebagai solusi bisnis bagi nasabah wholesale dan micro merchants Bank Mandiri.
Sayangnya, Eddi tidak menyebutkan dengan detail berapa besar nilai manfaat yang diterima dari kerja sama tersebut? seberapa efektif kerja sama mendorong transaksi di induk perusahaan? dan lain sebagainya.
Eddi hanya menjelaskan untuk tahun ini, Mandiri Capital Indonesia berencana untuk berinvestasi kepada 4 startup baru dan juga menindaklanjuti 3 investasi yang sebelumnya pernah dilakukan.
“Perseroan akan tetap berinvestasi kepada startups di industri fintech dan fintech plus,” kata Eddi.
Selain industri fintech, ujar Eddi, beberapa startup di industri agrikultura, supply chain disruptors, e-commerce B2B, property technology (Proptech) dan Crypto masuk dalam radar MCI untuk disuntikan modal.
Adapun secara total perseroan telah melakukan investasi 16 startups yang bergerak di sektor lending, fintech enabler, SME enabler dan payment hingga saat ini.
“Sinergi yang terjalin antara investees kami dengan Bank Mandiri dan Perusahaan Anak memiliki impact langsung ke bisnis dalam hal peningkatan transaksi/revenue, maupun improvement dalam internal business process di Mandiri Group,” kata Eddi.
Ekspansi yang sama juga dilakukan oleh BRI. Melalui BRI Ventures pada 2021 tercatat telah berinvestasi ke 11 perusahaan berbasis teknologi. Tiga diantaranya merupakan unikorn atau perusahaan dengan valuasi di atas US$1 miliar.
Kesebelas perusahaan finansial teknologi tersebut seperti Awan Tunai (7,91 persen), Ayo Technology Pte. Ltd (6,88 persen), PT Majoo Teknologi Indonesia (6,71 persen), Investree Singapore Pte Ltd (4,01 persen), Fazz FInancial Group (3,67 persen), dan Tani Nusantara Pte Ltd (3,29 persen).
Kemudian, Funding Asia Group (1,53 persen), Nium Pte Ltd (1,29 persen), Bukalapak.com (0,23 persen), Xendit (0,20 persen), dan Grab Holding (0,08 persen).
Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto mengatakan BRI melalui BRI Ventura Investama (BRI Ventures) berkomitmen untuk penyertaan saham ke perusahaan rintisan di sektor-sektor yang memiliki prospek bagus.
Terdapat beberapa sektor yang menjadi incaran perseroan pada tahun ini seperti sektor keuangan, kesehatan, pendidikan dan sesuai dengan kriteria investasi.
Aestika menambahkan bisnis investasi startup cukup prospektif ke depan. Dalam berinvestasi ke startup BRI memilih mengandalkan BRI Ventures karena mereka memiliki kegiatan usaha utama untuk investasi pada startup didukung oleh sumber daya manusia berpengalaman di bidangnya serta tata kelola yang baik.
"Kontribusi startup pada BRI secara tidak langsung adalah melalui BVI yaitu hasil investasi berupa unrealized dan realized gain,” kata Aes.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel