Pasar Reksa Dana Masih Akan Tertekan Sepanjang Kuartal II/2022

Bisnis.com,18 Mei 2022, 12:08 WIB
Penulis: Lorenzo Anugrah Mahardhika
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja instrumen reksa dana diprediksi masih akan tertekan sepanjang kuartal II/2022.

Laporan dari Infovesta Utama pada Rabu (18/5/2022) mencatat, secara year to date (ytd) sebagian kinerja reksa dana masih berada di zona merah. Reksa dana pendapatan tetap mencatatkan return negatif sebesar 2,65 persen, sementara reksa dana saham terpantau membukukan return -0,4 persen.

Sementara itu, reksa dana campuran sejauh ini mencatatkan return positif 1,09 persen diikuti oleh reksa dana pasar uang sebesar 0,92 persen.

Riset tersebut menyebutkan, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama sepakan ke belakang mengalami penurunan yang cukup tajam.

Salah satu faktor yang menekan kinerja IHSG adalah rilis data inflasi AS mencapai 8,3% (YoY) yang membuat ekspektasi the Fed akan tetap agresif menaikkan suku bunga serta rencana kenaikan suku bunga BI bulan ini.

Adapun dampak potensi kenaikan suku bunga the Fed yang agresif juga turut melemahkan mata uang Rupiah sebesar 0,77 persen sepekan terakhir ke level Rp 14.610 per dollar AS.

Kedua, IHSG telah mencapai level tertinggi sepanjang tahun 2022 sehingga investor memanfaatkan momentum ini untuk melakukan aksi take profit.

Meskipun demikian, IHSG diperkirakan hanya mengalami pelemahan sesaat karena masih didorong rilis fundamental ekonomi yang baik, rilis pembagian dividen dan rilis kinerja emiten per kuartal I 2022.

“Sehingga, kami menyarankan investor sebaiknya mencermati pergerakan pasar dengan melakukan aksi buy on weakness terhadap saham bluechip atau wait & see sambil terus memantau perkembangan isu dan sentimen yang berlanjut di pasar,” demikian kutipan laporan tersebut.

Di saat yang bersamaan, pasar obligasi juga mengalami tekanan akibat sentimen kenaikan suku bunga the Fed seiring dengan masih tingginya tekanan inflasi serta kondisi geopolitik Rusia-Ukraina yang belum mereda dan naiknya US yield treasury menjadi sentiment negatif bagi pasar obligasi Indonesia. Pelemahan harga obligasi akan terus berlanjut setidaknya hingga akhir semester I/2022.

Kinerja reksa dana saham dan reksa dana pendapatan tetap diprediksi masih akan menunjukkan kecendrungan menurun sejalan dengan sentimen negatif yang mempengaruhi pasar saham maupun obligasi.

“Kami memperkirakan tekanan ini akan terus berlanjut hingga kuartal II/2022,” lanjutnya.

Di tengah kondisi pelemahan, Infovesta menyebutkan, para pelaku pasar dapat mengalihkan investasinya ke reksa dana pasar uang yang lebih stabil ditengah fluktuasi pasar akibat isu kenaikan suku bunga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini