JP Morgan Pangkas Pertumbuhan Ekonomi AS

Bisnis.com,19 Mei 2022, 09:39 WIB
Penulis: Newswire
Gedung bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat, Selasa (17/3/2020). /Bloomberg-Andrew Harrer

Bisnis.com, JAKARTA — JP Morgan memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi paruh kedua 2022 dan 2023 Amerika Serikat

Departemen penelitian ekonomi dan kebijakan perusahaan itu memangkas proyeksi paruh kedua menjadi 2,4 persen dari 3,0 persen dan memangkas target paruh pertama 2023 menjadi 1,5 persen dari 2,1 persen. Kemudian untuk paruh kedua 2023 dipangkas  menjadi 1,0 persen dari 1,4 persen.

Diperkirakan bakal ada perlambatan pertumbuhan yang mengarah pada peningkatan bertahap dalam tingkat pengangguran akhir tahun depan, membantu meringankan beberapa tekanan upah yang telah dibangun.

"Singkatnya, kami memperkirakan soft landing, tetapi sangat menyadari bahwa hasil ini jarang (jika pernah) terjadi," menurut penelitian yang dipimpin oleh ekonom Michael Feroli.

Sementara itu, tingkat inflasi AS menyentuh level 8,3 persen pada bulan April 2022. Pejabat Federal Reserve pun memperkuat perkataan Gubernur Jerome Powell terkait dengan kenaikan 50 basis poin pada Juni dan Juli, serta kemungkinan 75 basis poin pada akhir tahun.

Dilansir Bloomberg, Departemen Tenaga Kerja AS mencatat Indeks Harga konsumen (IHK) AS naik 8,3 persen pada April dari periode sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Angka ini sedikit lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 8,5 persen, namun masih tinggi dalam beberapa dekade terakhir.

IHK inti, yang tidak termasuk makanan dan energi, meningkat 0,6 persen dari bulan Maret dan 6,2 yoy, menurut data yang dirilis Rabu (11/5/2022). Beberapa kontributor terbesar terhadap kenaikan IHK termasuk tempat tinggal, makanan, tiket pesawat dan kendaraan baru.

IHK inti melampaui semua perkiraan dalam survei ekonom Bloomberg yang memiliki proyeksi median 0,4 persen.

Sementara itu, Presiden The Fed Cleveland Loretta Mester mengatakan bahwa pejabat The Fed tidak mengesampingkan kenaikan suku bunga sebesar 75 basis poin jika inflasi masih bertahan tinggi. “Ketika kami mencapai titik itu pada paruh kedua tahun ini, jika inflasi tidak turun, maka kami mungkin harus mempercepatnya [kenaikan suku bunga],” ungkap Mester seperti dilansir Bloomberg, Rabu (11/5/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Muhammad Khadafi
Terkini