Bos BCA (BBCA) Buka-bukaan Strategi Antisipasi Kenaikan Bunga Acuan Bank Indonesia

Bisnis.com,20 Mei 2022, 12:36 WIB
Penulis: Dionisio Damara
Presiden Direktur BCA Jahja Setiatmadja. /BCA

Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) mengungkapkan akan mengambil sejumlah strategi apabila Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan sebagai respons terhadap naiknya Fed Funds Rate (FFR).

Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA mengatakan terdapat keyakinan bahwa BI akan menaikkan suku bunga acuan atau BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) 1,5 persen hingga 2 persen dari posisi saat ini. Atas kondisi estimasi ini, BBCA sudah menyiapkan sejumlah strategi agar tetap bersaing namun tetap mendukung nasabah bertumbuh. 

Dia mengungkapkan dalam jangka pendek jika realitas ini terjadi perusahaan dengan ticker saham BBCA ini tidak akan menaikkan bunga tabungan dan giro atau current account saving account (CASA).

 “Untuk CASA saya tidak akan naikkan. Itu pun kami lihat, kalau deposito ternyata harus kita naikkan tetapi LDR [loan to deposit ratio] masih tinggi, mungkin saya bertahan karena nasabah cukup trust,” ujarnya dalam webinar di Instagram, baru-baru ini.

Jahja menambahkan bahwa jika BCA terlambat menaikkan suku bunga, dia meyakini dana pihak ketiga (DPK) BCA masih terhitung cukup besar. Artinya, kredit masih dapat terdorong sehingga mampu meningkatkan margin bunga bersih perseroan.

Sampai dengan kuartal I/2022, DPK BCA tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 17,5 persen secara year-on-year (yoy) dari Rp 849,4 triliun menjadi Rp 997,7 triliun.

CASA perseroan juga meningkat signifikan sebesar 21,7 persen yoy atau dari Rp655,8 triliun menjadi Rp798,15 triliun per Maret 2022. Rinciannya, giro naik 27,2 persen dan tabungan naik 18,6 persen secara tahunan. Adapun, deposito juga tumbuh 3,1 persen yoy.

Sementara itu, rasio kredit terhadap simpanan atau LDR mencapai level terendah yakni 60,5 persen. Kondisi ini didorong oleh pertumbuhan simpanan, terutamanya ditopang oleh rasio CASA perseroan yang berkontribusi sebesar 80 persen dari total simpanan di BCA.

 Dengan modal ini ke depan, kata Jahja, BCA masih akan hati hati dan tidak serta merta melepas pinjaman jumbo sebagai penyeimbang pendorong laba. Dia menilai keuntungan dari penyaluran kredit tidak bisa dilihat dari bunga saja, tetapi ada biaya provisi serta komisi lainnya.

 Di sisi lain, Analis Mirae Asset Sekuritas Handiman Soetoyo memproyeksikan kinerja kredit BCA akan mencapai 12 persen sepanjang 2022, melampaui panduan perseroan yang berkisar di angka 8 persen.

Menurutnya, harga komoditas yang tinggi akan mendorong kegiatan ekonomi secara luas dan mendorong permintaan kredit di berbagai sektor. Dia melanjutkan, BBCA akan tetap menjadi pilihan perbankan utama masyarakat Indonesia di tengah kontestasi dengan bank digital.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Anggara Pernando
Terkini