Afrika Selatan Diserang Kumbang! Terancam Rugi US$18,5 Miliar

Bisnis.com,26 Mei 2022, 21:37 WIB
Penulis: Nindya Aldila
Kumbang pinus gunung dewasa dipajang untuk difoto di University of Alberta di Edmonton, Alberta, Kanada, Kamis (4/6 2015). Bloomberg - David Ryder

Bisnis.com, JAKARTA - Afrika Selatan tengah dihebohkan dengan serangan kumbang penggerek pohon. Bahkan, hewan sekecil biji wijen ini diprediksi dapat merugikan negara hingga US$18,5 miliar hingga satu dekade ke depan.

Dilansir Bloomberg, Kamis (26/5/2022), hal itu seperti yang diperkirakan oleh para peneliti Stellenbosch University dan University of Pretoria.

Serangga polifag atau pemakan tumbuhan ini pertama kali teridentifikasi di Afrika Selatan pada 2012 dan telah menyebar ke delapan dari sembilan provinsi. Penyebarannya telah melebihi dari 1.000 kilometer.

Perlu diketahui, Johannesburg memiliki salah satu hutan kota terbesar di dunia. Kota lain seperti Cape Town juga berhutan lebat.

Spesies ini dikhawatirkan akan membunuh hingga 65 juta pepohonan atau sekitar seperempat pohon perkotaan di Afrika Selatan dalam 10 tahun ke depan. Sudah banyak pohon yang mati akibat kumbang ini di California dan Israel.

Hama ini juga dapat mempengaruhi perkebunan jeruk dan kacang macadamia di Afrika Selatan.

Itu akan menciptakan pembengkakan biaya hingga US$17,5 miliar, seperti untuk memindahkan pohon mati. Adapun kerusakan pada perkebunan alpukat dan kayu akan meningkatkan total biaya sekitar US$1 miliar lagi.

"[Ini adalah] wabah terbesar saat ini dari hama invasif secara global,” kata para peneliti.

Kumbang betina menggali ke dalam pohon dan meninggalkan jamur di terowongan untuk keturunannya yang mengandung patogen yang menghalangi sirkulasi pohon.

Beberapa pohon, khususnya pohon berangan, menjadi inang atau tempat berkembang biak dan jamur ini sangat mematikan bagi pohon ek Inggris, maple China dan Jepang, dan box elder atau acer negundo yang ditemukan di jalanan kota Afrika Selatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Reni Lestari
Terkini