Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) mengaku tak kaget melihat segelintir perusahaan rintisan (startup) mulai memilih strategi efisiensi lewat pemutusan hubungan kerja (PHK) para karyawannya.
Bendahara Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) sekaligus Co-founder & Managing Partner Gayo Capital (Ideosource Green Initiative) Edward Ismawan Chamdani melihat adanya pengaruh dari faktor internal, yaitu fundamental dan pengelolaan bisnis.
Terutama apabila segelintir startup tersebut masih belum memiliki fundamental bisnis yang kuat. Menurutnya, minimal startup telah memiliki satu lini bisnis yang berperan sebagai sumber pendapatan signifikan.
"Faktor pengelolaan itu satu hal. Tapi selain itu, karena mereka belum ada fundamental bisnis yang baik. Artinya, startup belum bisa memastikan path to profitability, model bisnisnya belum fit, serta value chain dan market justification masih goyang," ujarnya, Kamis (26/5/2022).
Sebagai informasi, fenomena ini mulai mencuat setelah beredar kabar PHK karyawan oleh startup bidang edukasi Zenius, dompet digital pelat merah LinkAja, disusul platform dagang-el (e-commerce) JD.ID.
Tahun lalu, sebenarnya mulai mencuat beberapa startup yang goyang seperti platform agri-tech Grup TaniHub, bahkan ada yang sempat diterpa kabar miring soal belum memberikan hak-hak karyawan, seperti marketplace furnitur Fabelio dan tekfin P2P lending UangTeman.
Sedikit berbeda, Sekretaris Jenderal Amvesindo sekaligus Direktur Utama Mandiri Capital Eddi Danusaputro melihat faktor eksternal juga berpengaruh, yaitu selektifnya para investor yang membuat pendanaan seret, sehingga startup harus berebut pendanaan.
"Jadi sekarang waktunya startup harus menghemat cash dan usahakan punya run way yang lebih panjang. Salah satunya, dengan langkah-langkah efisiensi," ungkap Eddi kepada Bisnis.
Alhasil, Eddi menyarankan agar startup harus mampu untuk bertahan dengan tidak hanya mengandalkan putaran pendanaan baru semata.
Startup harus mencari cara untuk bekal ekspansi dan memulihkan diri dari pandemi Covid-19. Aksi korporasi untuk merebut lini bisnis yang 'cepat cuan' bisa menjadi salah satu cara untuk menuju profit.
"Investor sedang dalam tren pengurangan likuiditas karena efek naiknya suku bunga. Kondisi makro global juga jadi salah satu penyebab. Pandemi sudah pulih, tapi semua startup juga sedang tahap memulihkan diri. Jadi startup mau tidak mau harus sudah dalam tahap menuju profit," tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel